Obsesi Nakal Seorang Ibu Pada Putrinya Part 7

Entah kenapa rasanya aku ingin terus menggoda bocah-bocah tanggung mesum ini.
“Benar sayang kalau ini peju?” tanyaku pada Fara.
“Iya Mah… itu peju mereka. Seenaknya aja semprotin Fara pake peju!! Marahin mereka
Ma!! hihihi” ujar Fara sambil cekikikan.
“Dasar yah kalian, seenaknya aja semprotin peju kalian ke anak tante!!” kataku
memasang ekspresi marah, tentu saja aku tidak benar-benar marah. Mereka yang tahu
kalau aku cuma pura-pura malah cengengesan.
Aku lalu duduk di atas tempat tidur ikut ngumpul dengan mereka semua. Kami ibu dan
anak sedang dikelilingi para remaja pria mesum!! Tanganku lagi-lagi menyentuh cairan
kental, kini yang ada di kasur Fara. Aduh… Sperma mereka ada dimana-mana gini.
Kamar putriku betul-betul penuh aroma peju.
“Emang kalian udah sering yah coli di depan cewek?” tanyaku kemudian.
“Gak kok tante, baru dengan Fara aja”
“Coli doang di depan cewek secantik Fara, emang gak pengen kalian cobain lubang
surganya Fara?” godaku. Tampak mereka terkejut mendengar omonganku. Tapi
sepertinya itu malah membuat mereka makin bersemangat, begitu juga diriku.
“Gak boleh sama Fara tante, katanya cuma untuk Papanya. Emang benar yah tante kalau
Fara sering gituan sama Papanya?”
“Iya benar, hampir tiap hari Fara digenjot ayah kandungnya” kataku menekankan kata
‘ayah kandung’. Sepertinya mereka masih sulit percaya kalau Fara sering bersetubuh
dengan ayahnya sendiri.
“Kenapa? Kalian sendiri udah pernah gituan belum?” tanyaku kemudian.
“Saya belum pernah tante, Amir tuh yang pernah” jawab Dodi.
“Beneran Mir?? Sama siapa sih? kecil-kecil udah pernah gituan ternyata kamu” tanyaku.
“Hehehe… Iya tante, sama pacar aku dulu, terus sama kakak tiri, terus sama janda
sebelah rumah” jawabnya.
“Hah? Sering?”
“Lumayan sering…” Gila nih bocah, ternyata dia sudah pengalaman ngentot, bahkan
dengan perempuan yang lebih tua.
“Tapi kamu jangan coba macam-macam sama anak tante ya… Dia cuma mau sama
Papanya. Awas kalau Fara ngadu ke tante kalau kamu ngentotin dia!!”
“Iya tante, tapi kalau cuma pegang-pegang boleh kan?”
“Boleh… kalau cuma gerepe-gerepe sampai kamu muncrat sih gak masalah. Itupun
kalau Faranya mau. Kalau dia gak mau ya gak boleh dipaksa, iya kan sayang?”
“Mmh.. Iya Ma…” jawab Fara tersenyum pada mereka. Mendengar itu Amir langsung
meraih Fara kemudian memeluknya. Betul-betul seenaknya saja Amir ini. Putriku sedang
dipeluk-peluk mesra oleh remaja lusuh seperti dia di depanku, dan aku sebagai ibu
kandungnya Fara hanya tersenyum membiarkan!!
“Kalian jangan tiru si Amir yah… Masa kecil-kecil udah pernah gituan, gak boleh… Umur
18 tahun nanti baru boleh” kataku sok menasehati mereka, padahal putriku sendiri yang
masih 14 tahun ku tuntun agar berzinah dengan ayahnya sendiri.
“I-iya tante…”
“Kalau kita ngentot sama tante aja boleh nggak? Tante pengen cobain kontol aku nggak?
Kayanya lebih gede dari punya suami tante lho… hehe” ujar salah satu dari mereka.
Sungguh lancang dan kurang ajar. Sangat tidak pantas sebenarnya mereka ngomong
seperti itu. Seandainya ada suamiku di sini mendengarnya mungkin mereka sudah
dihajar habis-habisan.
“Hahahaha… Ya ampun… Kalian ini bandel banget sih dibilangin, udah tante bilang
belum boleh gitu-gituan… kalian itu masih dibawah umur”
“Habis tante cantik sih… Pantas saja anaknya juga cantik” kata Amir sambil menciumi
pipi Fara, yang lain juga ikut-ikutan mencium dan meraba Fara. Putriku digerayangi di
depanku!! Tapi karena mereka tidak menyakiti Fara, bahkan ku lihat Fara menggelinjang
dan mendesah keenakan, jadinya ku biarkan saja.
“Emang lebih nafsuin siapa? Tante atau Fara hayo…?” kataku. Libidoku mulai naik, aku
semakin tertarik meladeni omongan mereka.
“Sama-sama nafsuin, soalnya sama-sama cantik sih tante, hehe”
“Huuuu… Udah bisa ngerayu yah kalian… Pandai banget. Hmm… terus, ini seandainya
aja yah, cuma seandainya. Kalau kalian disuruh milih, kalian pengen ngentot dengan
Tante atau Fara?” tanyaku pada mereka sambil memasang senyum nakal. Sebuah
pertanyaan yang pastinya membuat mereka semakin mupeng.
“Kalau aku sih sama tante duluan” kata Amir menjawab pertama, dia tampaknya yang
paling bersemangat.
“Ha? Tante duluan? Berarti anak tante kamu entotin juga dong habis itu… dasar maruk!!
Kalian semua pengennya gitu juga?” tanyaku pada yang lain.
“Iya tante… hehe”
“Dasar kalian…” gerutuku pura-pura kesal, tapi tetap tersenyum sesudah itu.
“Jadi boleh nggak nih tante?” tanya Bayu, si anak yang paling kurus, botak lagi.
“Apa? ngentotin kita berdua? Nggak lah ya…”
“Yaaah… Kalau dipejuin aja boleh nggak tante? Hehe”
“Hah? Kalian mau pejuin tante juga? Duh… Fara, teman-teman kamu ini kok genit-genit
sih??” kataku menjawab pertanyaan mereka sambil tertawa-tawa. Melihat aku tidak
marah dan menolak, pastinya membuat mereka makin berani.
“Iya, tante… kita jadi pengen nih… Kan kata tante pengen tahu kita bisa keluarin peju
atau nggak, hehehe…”
“Iya tante… boleh yah?” kata mereka terus-terusan membujukku. Duh, kok aku jadi ikutikutan gini sih? Sebenarnya aku penasaran juga sih. Bagaimana sperma-sperma muda
itu menempel di kulitku, merasakannya di mulutku, bahkan masuk ke dalam rahimku.
Tapi kalau nanti keterusan dan aku hamil? Masak aku selingkuh dengan bocah-bocah
tanggung gak jelas ini sampai mengandung anak mereka?
“Hmm… gimana yah… Sayang, emang boleh Mama ikutan?” tanyaku pada Fara.
“Mmmh… Mama mau ikutan? Ikutan aja Mah…” ucap Fara polos sambil masih tetap
digerayangi beramai-ramai.
“Tuh tante… Faranya penasaran tuh lihat mamanya yang cantik juga dipejuin sama kita,
hahaha” kata mereka sambil tertawa mesum. Salah satu dari mereka kemudian
langsung berdiri dan menurunkan celana dalam mereka, kemudian mulai mengocok di
depanku. Sembarangan aja nih bocah, padahal aku belum bilang iya.
“Dasar kalian genit. Ya sudah, kali ini saja yah… Cuma ngocok saja yah di depan tante…”
ujarku akhirnya yang disambut sorak gembira penuh tawa mesum. Yang lainpun kini
mulai melepaskan celana dalam mereka, ada juga yang bugil total. Tampaklah penispenis ukuran standar khas remaja itu di depanku.
“Tante, buka dikit dong bajunya” pinta mereka. Ku turuti perkataan mereka, ku turunkan
dasterku sampai ke pinggang. Merasa tanggung, akupun meloloskan seluruh daster itu
dari tubuhku, hanya menyisakan bh juga celana dalam.
“Puas kalian? Dasar abg mesum” kataku.
“Dibuka semua aja dong tante. Bugil, pasti lebih cakep” pinta mereka.
“Lha, kalian kan sudah sering lihat Fara bugil” kataku.
“Tapi tante kan belum…”
“Nggak, cukup segini saja atau Tante pake lagi nih baju tante” kataku. Bagaimanapun
aku harus tegas. Kalau nggak bakal keterusan.
“Ya sudah, yok kita bugilin anak gadisnya saja, hahaha” ucap Amir. Meski ucapannya
terkesan kurang ajar namun aku tetap tersenyum dan membolehkan. Merekapun mulai
menelanjangi putriku, langsung di depan ibunya. Mereka lepaskan tanktop dan celana
pendek Fara bersama-sama, tentu saja juga diiringi remasan dan elusan tangan mereka
yang kurang ajar.
Gilanya aku bahkan membantu melepaskan celana dalam Fara yang merupakan pakaian
terakhir yang melekat pada tubuhnya, bagaikan tanda kalau aku mempersilahkan
mereka berbuat mesum sesuka hati pada putri kandungku. Aku penasaran apa yang
akan dilakukan suamiku bila dia ada di sini, apa dia juga akan berbuat sama?
Mereka mengocok penis mereka sambil menggerepe-gerepe Fara. Bahkan ada yang
meminta Fara mengulum penisnya. Putriku yang tampak keenakan diraba-raba seluruh
tubuhnya menuruti dan membiarkan semua perlakukan cabul mereka. Begitupun diriku,
sebagai ibunya Fara juga hanya membiarkan.
Saat mereka menghujam penisnya dalam-dalam ke mulut Fara sampai Fara mau
muntahpun aku tetap juga membiarkan. Meskipun ini tidak pantas dilakukan oleh
seorang ibu, tapi sensasinya sungguh luar biasa. Rasanya sungguh aneh melihat Fara,
anak kandungku sendiri, dicabuli dan dilecehkan begitu oleh orang-orang seperti
mereka.
“Uh… enaknya nih cewek, coba aja dibolehin ngentot” racau salah satu dari mereka.
“Iya, padahal kan enak kalau kita entotin anaknya di depan ibu kandungnya, hahaha”
“Tante, Faranya keenakan tuh… kita entotin aja boleh nggak? hehe”
“Nggak, dasar kalian bandel” jawabku gemas dengan rasa penasaran mereka yang
kebelet pengen ngegenjotin vagina putriku. Bagaimanapun kalau Fara gak mau, aku juga
gak bakal bolehin.
“Kalau gitu tante telanjang dong… atau Faranya kita entotin nih… hehehe” pinta mereka
seenaknya.
“Huuu… pake ngancam segala. Emang segitu pengennya ya lihat tante telanjang?”
“Iya tante, kita kan penasaran juga bagaimana tubuh wanita dewasa”
“Ampun deh tante sama kalian. Ya sudah, cuma kali ini saja lho…” aku mengiyakan.
Akupun bangkit, melepaskan bhku, mereka bersorak. Lalu ku turunkan celana dalamku,
mereka semakin bersorak. Dasar abg labil.
“Puas?” tanyaku sambil mengerlingkan mata.
“P-puas tante… gede… mantap” Mata mereka menelusuri setiap tubuh telanjangku,
terutama buah dada dan daerah vaginaku yang ditumbuhi rambut yang cukup lebat.
Kocokan mereka semakin cepat. Tentu saja. Siapa sih yang gak bakal mupeng? Udah
ngelihat tubuh telanjang remaja cantik seperti Fara, kini malah melihat ibunya yang gak
kalah cantik juga bertelanjang.
“Awwwhh!!” teriakku kencang saat buah dadaku tiba-tiba dicaplok mulut Bayu, si bocah
ceking. Tentu saja aku langsung mendorongnya. Sialnya, dia sepertinya malah sengaja
menjatuhkan badannya ke arah Fara. Mereka berduapun tersungkur di lantai kamar. Fara
sampai mengaduh kesakitan.
“Kamu ini apaan sih!!?? Jangan ngelunjak yah…” ujarku cukup kesal, sebenarnya aku
hanya terkejut sih tadi dia tiba-tiba menyentuhku.
“Sorry tante, gak tahan” jawabnya sambil masih terus menghimpit Fara. Tuh bocah
malah membuat gerakan cabul menggoyangkan pinggulnya seperti menyetubuhi Fara,
tapi tidak benar-benar memasukkan penisnya, hanya menggesekkan di belahan pantat
Fara saja. Tidak lama dia melakukannya, Bayupun bangkit dan kembali berdiri di
depanku bersama teman-temannya yang lain.
Suasana pagi yang dingin, lalu nafsu mereka yang memang sudah tinggi, membuat
mereka sepertinya tidak butuh waktu lama untuk memuntahkan peju.
“Tante… ohhh… ugghhhh” erang mereka.
“Crooot… crooot…”
Sperma merekapun berhamburan hampir bersamaan. Sebagian besar mengenai
wajahku, aku dibukkake para remaja tanggung!! Peju-peju mereka juga meleleh sampai
ke buah dadaku, bahkan ada yang terus meleleh hingga ke permukaan vaginaku. Sangat
banyak. Entah kenapa aku membiarkan perbuatan mesum mereka ini padaku.
“Tuh kan tante, benar kan kalau kita udah bisa ngeluarin peju, hahaha”
“Dasar, iya iya…” kataku mencubit gemas perut mereka bergantian. Mereka mengaduh
sok kesakitan meskipun cubitanku tidak keras.
“Lihat tuh Fara, Mama kamu kita pejuin” ujar mereka kurang ajar pada putriku, namun
baik aku dan Fara malah tersenyum manis.
“Ma, ini mereka kok dari kemarin pejunya gak abis-abis yah? Emang peju ga bisa abis ya
Ma?” tanya Fara polos. Duh, putriku ini, mamanya habis dipejuin malah bertanya seperti
itu.
“Nggak tuh… mereka bandel sih. Jadinya pejunya ada terus” jawabku sekenanya.
“Tante, Om tau nggak nih kalau anak dan istrinya kita pejuin? Kalau Om tau gimana yah?
Kayanya seru nih kalau kita pejuin tante dan Fara di depan Om, hehe” kata mereka
semakin kurang ajar.
“Paling kalian bakal kena hajar, hihihi… Mau kena hajar?” tapi aku tetap saja
meladeninya dengan ramah.
Setelah membersihkan wajah dan tubuhku dari ceceran sperma mereka. Aku lalu
bangkit, berniat untuk mengenakan pakaian kembali lalu membuat serapan pagi. Tapi
mereka tiba-tiba bilang.