MAKING INCEST FAMILY PART 15

Jam 23:30 aku dan lala mempersiapkan kejutan untuk cindy di hari ulang tahunnya,
sepulang dari mall lala terus berada di rumahku. Sejak kuperkenalkan lala kepada
mamaku dua bulan lalu, lala juga semakin sering mengunjungi rumahku.
Mamaku kini sudah tidur, sejak aku pulang dari mall mamaku tadi merasa sedang tidak
enak badan, sudah ku bujuk untuk kuantar kerumah sakit atau klinik namun mamaku
menolak, dia hanya ingin beristirahat saja.
Aku sebenarnya khawatir meninggalkan mamaku sendirian dirumah dalam keadaan
sedang tidak enak badan seperti ini, namun mamaku tadi bilang dia tidak apa – apa
kutinggalkan, dia berkata bahwa cindy juga perlu diperhatikan.
Oh ya mamaku dan cindy sendiri belum pernah bertemu, aku sendiri belum sempat
mempertemukan mereka karena belum ada waktu yang pas karena semakin hari aku
semakin disibukan persiapan untuk mulai mengambil alih kepemimpinan perusahaan
peninggalan papaku, dan juga disibukan oleh persiapanku mendaftar ke universitas.
Kini aku dan lala sudah berada di perjalanan menuju kosan cindy. Aku kesana
menggunakan mobil bmw ku. Lala nampak sudah sangat mengantuk, dia tadi sudah
kusuruh saja tidur dirumah namun dia bersikukuh ingin menemaniku memberi kejutan
kepada cindy.
“La udah kamu tidur aja… nanti aku bangunkan kalo udah sampe kosan cindy” ucapku
melihat lala terus menguap
“Enggak ah mas… lala masih seger kok… lala mau temenin mas ngobrol aja biar gak
ngantuk” balasnya sambil mengucek – ngucek matanya untuk mencoba menghilangkan
rasa kantuknya
“Hmm yaudah… kita ke minimarket dulu ya beli cemilan buat di jalan biar gak ngantuk”
ucapku membelokan mobil ke arah minimarket
Aku turun dari mobil sendirian, kusuruh lala untuk menunggu saja di mobil. Aku
membeli beberapa cemilan kemasan dan dua minuman botol. Ku bayar ke kasir lalu aku
kembali masuk ke mobil.
“Nih cemilan dan minuman kesukaanmu” ucapku memberikan kripik kemasan dan
minuman coklat kesukaannya
Mata lala langsung berbinar – binar melihat cemilan dan minuman kemasan
kesukaannya, langsung diambilnya cemilan dan minuman itu dan langsung di lahapnya
dengan semangat. Tingkahnya seperti ini memang terlihat kekanakan namun aku suka
melihatnya karena gemesin sekali melihat tingkah lala yang lucu ini.
“Makasih mas… tau aja kesukaan lala hihihi” ucapnya sambil terus melahap cemilannya
“Iya sama – sama la… pelan – pelan makannnya… nanti keselek lho” ucapku kala melihat
mulutnya penuh oleh cemilannya sampai pipinya terlihat mengembung, terlihat sangat
lucu.
“Biarinn… Wekkk” balasnya memeletkan lidahnya
“Eh ini bocah dibilangin malah ngeyel” ucapku sambil mencubit gemas kedua pipinya
“Ihh mas sakit tauu” balasnya merajuk memanyunkan bibirnya
“Hehe iya maaf… abisnya gemesin sih”
Aku pun kembali melanjutkan perjalanan ke kosan cindy, sampai disana jam telah
menunjukan pukul 00:10 yang berarti sudah masuk hari dimana cindy dilahirkan kedunia
ini.
Aku sudah bersiap dengan membawa kue dan buket bunga, lala sendiri membawa
kamera ku untuk mengabadikan momen ini.
Dengan penuh semangat berjalan kearah kamar kosan cindy. Sebelumnya aku sempat
menduplikat kunci kamar kosan cindy tanpa sepengetahuannya.
Kulangkahkan kaki ku menuju kamar cindy dengan diikuti lala di belakangku, kubuka
pintu kamar cindy dengan kunci yang telah ku duplikat, ku buka pintunya dengan
semangat dan…
DEGHHH…
Aku terkejut kala melihat sepasang pria dan perempuan tertidur di ranjang tanpa sehelai
benangpun dengan pakaian berserakan di sekitarnya. Ya wanita itu adalah cindy dan pria
di sebelahnya adalah reno.
Pikiranku langsung melayang entah kemana, mencoba berpikiran positif namun buntu,
sudah jelas bukti dua orang manusia berduaan di dalam kamar tanpa busana, apalagi
kemungkinan selain mereka melakukan hal menjijikan. Rasanya sangat menyakitkan
bagiku dan hatiku terasa sesak seolah tertimpa palu thor.
Dadaku terasa bergemuruh, wajahku terasa panas, tanganku terkepal menahan amarah.
Seketika raut wajahku berubah 180 derajat, aku hanya bisa terdiam dengan pandangan
kosong. Lala pun menyusulku masuk dan…
BRAKKK…
Terjatuhlah kameraku dari tangan lala, dia juga nampak terkejut ketika melihat apa yang
kulihat. Lala langsung terduduk di lantai sembari terisak.
Cindy dan reno pun lantas terbangun karena mendengar suara benda jatuh dan suara
isak tangis, Mereka sangat terjekut kala melihatku yang terdiam dan lala yang sedang
terisak. Mereka lantas mencoba menutupi tubuh mereka dengan pakaian seadanya.
“Sayang maafin aku” ucap cindy sambil mencoba mendekati dan memelukku, akupun
lantas menghindar dari pelukannya
“Jangan sentuh aku” balasku dingin dengan raut wajah datar
Lala masih terus terisak, sedangkan aku sudah mulai tersadar dari diamku. Reno sendiri
hanya diam di tepi ranjang.
Aku sebenarnya sangat kecewa dan marah kepada cindy, ingin sekali ku maki – maki
dirinya, namun aku selalu teringat perkataan kakekku dulu bahwa bagaimana pun
keadaannya aku tidak boleh menyakiti wanita.
“Cindy dan reno kalian jahat… hiks… hiks” ucap lala masih terisak
“Maafin aku la… maafin aku” balas cindy diam menundukan kepalanya dengan air mata
mengalir di pipinya
Aku tau lala merasakan kekecewaan yang besar sama sepertiku, wajah sedihnya
membuatku tak tega melihatnya, maka dari itu aku tidak menunjukan kekecewaan dan
kemarahanku.
“Oke… aku hanya mau ngucapin selamat ulang tahun buat kamu cindy… semoga kamu
suka hadiah pemberianku dan mulai sekarang kita PUTUS” ucapku dingin sambil
meletakan kue dan buket bunga diatas meja, lalu keberikan dua tiket konser coldplay ke
tangannya.
Cindy nampak terkejut melihat hadiah pemberianku, dia langsung menutup mulutnya
dengan tangannya sambil meneteskan air mata, namun aku tak psduli sama sekali.
“Ayo la kita pulang” ucapku merangkulnya dan mengajaknya berdiri
Lala pun berdiri, tangisannya sudah agak mereda, namum wajahnya masih terlihat
sedih.
“Hei reno KITA PUTUS… kamu bajingan, jadi ini yang buat kamu cuek kepadaku… dan
kamu cindy… kamu bodoh cindy telah menyia – nyiakan mas benny… kamu gak tau
bagaimana perjuangan dia mendapatkan tiket konser itu… dia sampai harus pergi ke
jakarta tengah malam hanya untuk mendapatkan tiket itu..
Cindy hanya mampu menundukan kepalanya, sedangkan reno masih santai duduk di
pinggiran ranjang seolah mengabaikan persoalan ini, hal tersebut membuatku sedikit
ingin memberinya pelajaran.
“Bentar la… tanganku gatal liat cowok tengil itu” ucapku geram berlari kearah reno
lalu…
BUGHHH…
“Argghhhh” teriak reno
Kutinju sekuat tenaga wajahnya, dia langsung nampak limbung memegangi wajahnya
dengan darah keluar dari hidungnya.
“Heh kalian berdua… jangan sekali – kali lagi mendekatiku dan juga lala lagi” ucapku
dingin tanpa ekspresi
Aku pun langsung berjalan kembali kearah lala lalu menariknya untuk pergi dari tempat
ini.
“Sayang maafin aku… jangan tinggalin aku” ucap cindy memohon memeluk kakiku
“Hahaha… kamu tau cin… aku itu orang paling gak bisa di khianati… kita udahan
sampai disini… semoga kamu bahagia sama si reno” balasku tersenyum getir sambil
melepaskan pelukan cindy di kakiku, dia terduduk di lantai kosannya sembari
mengeluarkan air mata namun aku tak peduli lagi.
Aku dan lala langsung pergi dari kosan cindy, kurangkul lala untuk menenangkannya. Di
dalam mobil lala masih terlihat sedih dan murung. Kujalankan mobilku dengan pikiran
berkecamuk, aku dan lala sama – sama terdiam.
Aku sendiri masih berkutat dengan pikiranku sendiri, aku tak menyangka cindy akan
menghianatiku. Aku sangat marah dan kecewa padanya, semua kemauannya selalu
kucoba kuturuti, aku pun selalu bersabar menghadapi tingkah lakunya yang kadang
menyebalkan, namun apa balasannya? Dia berselingkuh dengan pacar sepupunya
sendiri.
Apakah ini balasan karena aku telah bermain dengan mamaku di belakang cindy? Ah tapi
kan harusnya cindy tidak akan menghianatiku jika dia mencintaiku dengan sepenuh hati.
Haha cinta terkadang menyakitkan.
Andaikan tidak ada lala disampingku, mungkin aku akan melampiaskan kekecewaanku
dan kemarahanku dengan meminum minuman beralkohol, karena hanya itu yang dapat
menghilangkan sejenak permasalahan di kepalaku.
Aku ingin marah dan aku ingin menangis untuk melampiaskan kekecewaanku terhadap
cindy, ingin sekali rasanya kutumpahkan kekecewaan ini kepada pengendara lain yang
membuatku kesal.
Namun aku sadar lala juga masih butuh orang untuk menenangkannya, maka dari itu
aku berusaha meredam kekecewaan dan kemaharahanku, sebagai lelaki aku harus
terlebih dulu mementingkan orang wanitaku dari pada diriku sendiri.
Mobil kujalankan mengelilingi kota bandung yang nampak sepi di dini hari ini, kami
masih diam menenangkan diri masing – masing. Tak terasa jam pun menunjukan pukul
03:00 pagi, aku pun mengarahkan mobilku ke dataran tinggi di pinggiran kota bandung.
Kuparkirkan mobilku di pinggir jalan yang menunjukan view gemerlapnya kota bandung
di dini hari dari ketinggian ini, suasana di sekitar tempat ini sangat tenang dan nyaman.
Kini aku dan lala masih sama – sama terdiam, pikiran kita masih melayang – layang entah
kemana, lala sendiri sudah tidak terisak lagi, mungkin air matanya sudah kering namun
pandangannya masih kosong.
“Udah la… kita harus kuat… buat apa kita memikirkan orang – orang yang sama sekali
tidak memikirkan kita” ucapku kugenggam tangannya untuk menguatkan lala, padahal
diriku sendiri masih belum stabil
Lala menengok kearahku kalam aku berucap seperti itu dan memegang tangannya,
matanya nampak sembab dengan raut wajah sedih, kuraih badannya dan kupeluk
dirinya.
“Kita harus sabar ya la… kadang cinta memang menyakitkan… kita harus bisa move on”
bisikku sambil mengelus rambutnya
Lucu, kala aku berusaha menenangkan dan menguatkan orang lain namun hatiku dan
pikiranku sendiri masih rapuh dan tidak stabil, namun itulah fungsi lelaki, harus bisa
menyembunyikan kesedihannya dan mementingkan wanitanya.
Lala hanya mengangguk kala aku berucap menenangkan dan menguatkannya, kubuat
dirinya nyaman dan tenang dipelukanku, aku tidak tega melihatnya begitu sedih, sangat
berbeda dengan biasanya dia yang terlihat ceria.
“Yaudah yuk kita keluar… mungkin dengan menikmati suasana tenang sambil melihat
pemandangan kota bandung dari atas sini bisa sedikit membuat kita bisa menenangkan
diri kita” ucapku lalu melepaskan pelukanku
Aku pun membuka pintu mobilku, aku berjalan kearah pintu lala berada, kubuka pintu
itu dan kujulurkan tanganku dengan tersenyum, lala pun nampak membalas
senyumanku dan meraih uluran tanganku.
Kugandeng tangan lala menuju pembatas jalan di pinggir jalan, kita berdua duduk
disana sambil menghadap kearah gemerlap lampu kota bandung dibawah sana.
Cukup lama kita berdiam diri menikmati pemandangan kota bandung dari atas sini,
tangan kita masih saling menggenggam erat, tak lama diapun menyandarkan kepalanya
di bahuku. Terdengar beberap kali lala menarik napas dalam – dalam.
“Cindy bodoh ya mas… menyiak – nyiakan mas seperti ini… padahal sulit lho
menemukan pria senyaman ini” ucap lala pelan dengan pandangan lurus kedepan
“Apalagi mas ini paket komplit… ganteng, mapan, perhatian, lembut kepada
perempuan… ah pokoknya lengkap deh… perempuan manapun harusnya tidak akan
berpaling dari mas” lanjutnya
“Haha… aku tidak semenarik itu lala… jika yang kamu katakan benar mana mungkin
cindy menghianatiku” ucapku tersenyum getir
“Itulah Cindy… dia bodoh mas… entah apa yang dia pikirkan hingga berani menghianati
mas” jawab lala
“Lalu bagaimana dengan reno? Dia juga menghianatimu la… padahal kamu sangat
cantik, pintar, lucu, menggemaskan, ceria… apa dia juga bodoh?” tanyaku santai
“Haha reno memang dasarnya saja brengsek” balas lala sedikit geram
“Sudahlah… aku sudah tidak peduli lagi dengan mereka… aku sudah muak dengan
mereka” ucapku malas membicarakan mereka lagi
Lala pun berdiri, dia menatap kota bandung dibawah sana, lalu lala terlihat menarik
napas dalam – dalam.
“AAAA”
Lala berteriak kencang meluapkan segalanya keluh kesah dihatinya. Setelah itu beban
dihatinya nampak berkurang dan wajahnya nampak kembali cerah.
“Ayo coba mas… lega lho” ucap lala menarikku untuk berdiri
Akupun berdiri, menarik napas dalam – dalam lalu berteriak lepas melepas segala
gundah gulana didalam hatiku. Aku merasa lega, aku pun tersenyum kearah lala.
“HAHAHAHAHA” kita pun tertawa lepas bersama
Kita kembali duduk di pembatas jalan, aku dan lala nampak sudah sedikit melupakan
persoalan cindy dan reno. Toh tidak baik berlama lama larut dalam kesedihan dan
kekecewaan, lebih baik kita terus melangkah maju kedepan.
Aku dan lala berpegangan tangan erat, lala menyenderkan kepalanya di bahuku lagi,
wangi rambutnya tercium olehku meskipun terhalang oleh hijabnya.
Aku dan lala pun mengobrol ngalor – ngidul, membicarakan apa saja yang terlintas di
otak kita, bahkan terkadang kita membicarakan hal absurd. Suasana terasa sangat
nyaman dan tenang bagi kita berdua.
Kita berdua saling tersenyum, saling tertawa, saling mencandai seolah hal yang baru saja
terjadi kepada kita itu tak pernah terjadi. Kita berdua saling bercengkrama hingga tak
terasa mentari mulai menampakan sinarnya.
“Eh la udah pagi… kita pulang yuk… mamaku pasti khawatir aku gak pulang” ucapku
mengajak pulang lala
“Kamu juga mending ikut pulang kerumahku… istirahat disana… mamaku pasti gak
keberatan kok” lanjutku
“Iya deh… terserah mas benny aja” balas lala menyetujui
Menyadari waktu telah terasa pagi, aku dan lala pun kembali menaiki mobil. Tak terasa
tadi kami mengobrol begitu lama hingga tak merasakan kantuk sama sekali. Aku pun
mulai menjalan mobilku.
Sepanjang perjalanan lala terus menggenggam tanganku, kepalanya terus disenderkan
ke pundakku, untung saja mobilku matic. Lala pun nampak sudah beberapa kali
menguap tanda mengantuk.
Perjalanan kerumahku pun sekitar 45 menit sehingga ketika sampai dirumah keadaan
sudah terang. Setelah memarkirkan mobil di garasi aku berjalan masuk kedalam
rumahku dengan diikuti lala di belakangku.
Sesampainya didalam rumah aku melihat mamaku sedang duduk di sofa ruang tamu,
melihatku pulang, wajah mamaku nampak cerah dan matanya namoak berbinar – binar.
Perasaan dia semalam sedang tidak enak badan, namun pagi ini mamaku nampak
terlihat sangat senang dan gembira, mamaku pun berdiri lalu dengan bersemangat
berjalan kearahku dan berkata…
“Mama hamil sayang… aku hamil anakmu… kamu sebentar lagi menjadi ayah” ucapnya
lalu memelukku erat
Aku sungguh terkejut, mamaku kini sedang hamil anakku. Aku sangat senang
mendengar kehamilan mamaku, bibirku tersenyum lebar, aku merasa menjadi orang
paling bahagia kala itu, permasalahanku seolah lenyap tak tersisa dari pikiranku.
“Serius sayang? Kamu gak becanda kan?” tanyaku memastikan
“Iya sayang serius… nih coba kamu liat sendiri” jawab mamaku menyerahkan testpack
dengan dua garis tanda bahwa ia positif hamil
Ku pegang kedua pipinya, kutatap matanya lalu kucium bibirnya dengan mesra
meluapkan kebahagiaanku.
“Hiks… Hikss… Hiksss”
DEGHHH…