My Beloved Cousins Part 2

Kusuruh Andi menggunakan KTPnya waktu mau cek in di hotel ini. Sementara aku berdiri
agak jauh dari kantor resepsionis, karena takut ada yang kenal di situ. Dan ketika
membayangkan apa yang bakal terjadi dengan Andi nanti, aku jadi degdegan sendiri.
Tak lama kemudian Andi menghampiriku, tanpa diarahkan oleh seorang bellboy pun,
maklum hotel kecil. Lalu Andi memperlihatkan nomor yang menggantung di kunci
kamar. Nomor 17. Hihihihi… masih pakai kunci putar. Sekali lagi, maklum hotel kecil. Tak
apalah. Yang penting aku bisa meredakan amukan birahiku sejak dari dalam mobil tadi.
Setelah berada di dalam kamar bernomor 17 itu, aku semakin degdegan. Tapi aku
mencoba menenangkan diri, sambil mendekap pinggang Andi.
“Kamu tau apa yang kaan kita lakukan di sini?” tanyaku setengah berbisik.
“Gak berani menjawab Teh,” sahutnya, “Takut salah jawab.”
“Kita akan bersetubuh. Tapi ingat… kamu harus merahasiakannya ya.”
“Iya Teh. Tapi… aku belum tau caranya. Jadi…”
“… Iya, “potongku, “nanti kuajari. Gampang sekali kok. Yang penting setelah kontolmu
dimasukkan ke dalam memekku, entotin sampai ngecrot. Gak susah kok.”
“Iii… iya Teh…”
Setelah mengunci pintu kamar hotel dari dalam, kulepaskan blouse dan rok bawahku
yang mini ini, Sehingga tinggal celana dalam dan beha yang masih melekat di tubuhku.
Kemudian dengan bergaya bak peragawati sedang beraksi di atas catwalk, aku bertolak
pinggang di depan mata Andi. “Bagaimana bentuk tubuhku di matamu?
“Seksi sekali Teh,” sahut Andi dengan suara bergetar.
“Buka dong pakaianmu semua. Kan kita mau begituan.”
“Iiii… iiiya Teh,” sahut Andi sambil memegang ritsleting celana jeansnya. Lalu
diturunkannya ritsleting itu, diikuti dengan pelepasan celana jeansnya.
Sambil menggantungkan celana jeansnya di kapstok, Andi melepaskan baju kaos dan
celana dalamnya di dekat kapstok itu juga. Lalu menggantungkan kedua benda terakhir
itu bersama celana jeansnya.
Pada saat yang sama, aku pun menanggalkan beha dan celana dalamku. Dan dalam
keadaan telanjang bulat, aku menghampiri Andi yang juga sudah telanjang. Lalu
kutuntun ia ke atas bed sederhana tapi masih baru dan bersih ini.
Andi tampak seperti masih kebingungan melihatku sudah menelentang sambil
mengusap – usap kemaluanku yang sedang membutuhkan sentuhan kejantanan ini.
Mungkin ia tak tahu dari mana ia harus memulainya.
Tapi aku tahu benar dari mana harus aku harus memulainya. Penis Andi lumayan gagah.
Tapi tidak segede dan sepanjang penis Ryan. Karena itu kujtarik tubuh Andi dan kusuruh
menelentang di atas bed. Lalu kutangkap penisnya yang belum tegang benar ini. Tanpa
basa – basi lagi kujilati moncong penisnya sambil mengalirkan air liurku ke seluruh badan
penis adik sepupuku itu.
Karuan saja Andi mulai mengejang – ngejang dengan nafas yang tak beraturan. Terlebih
lagi setelah lidah dan bibirku mulai menggeluti leher dan kepala penisnya, nafas Andi
pun mulai berdengus – dengus.
“Ughhhhh… Teeeeh… uuuuugghhhh… Teeeeh… Teeeeeeh… uuuuugh…”
Dan penis Andi langsung ngaceng. Dan aku tak mau penis adik sepupuku itu keburu
ngecrot di dalam mulutku. karena itu aku segera menelentang. “Ayo masukin ke sini Di,”
kataku sambil mengusap – usap kemaluanku yang sudah agak basah ini.
Setelah berada di atas perutku, Andi tidak kebingungan lagi, karena batang
kemaluannya kutarik dan kuletakkan moncongnya di ambang mulut vaginaku
sedemikian rupa, sampai ngepas posisinya.
Sambil mendekap pinggangnya, aku berkata, “Ayo dorong kontolmu Di…”
Andi pun mendorong penisnya seperti yang kuminta. Dan… terasa penis ngaceng itu
membenam ke lubang kewanitaanku, sampai lebih dari setengahnya.
“Naaah… sekarang entotin kontolmu pelan – pelan dulu. Tapi jangan sampai lepas ya,
“pintaku.
“Iii… iiiiyaaaa Teeeh…” sahut Andi terengah.
Lalu Andi mengikuti instruksiku. Penisnya mulai ditarik mundur, lalu dibenamkan lagi…
ditarik lagi… didorong lagi… tarik lagi… dorong lagi dan begitu seterusnya.
Aku pun meraih leher Andi ke dalam pelukanku sambil berkata setengah berbisik, “Gak
susah kan? Ayo entot terus Di. Mulai enak nih… oooooh… iyaaaaaaa… iyaaaaaa… entot
terussss… iyaaaaaaa… iyaaaaaaa…”
Suara Andi pun terdengar gagap, “Oooo… oooooh… iii… ini… eee… enaaaak sekali
Teeeeeeh… ooooooh…”
“Iya Di, entot teruuuusssssss… jangan brenti – brenti… iyaaaaaaa… iyaaaaaa…
entooooottt… entoooot… Andiiii… entooootttt… iyaaaaaaa… entooooootttt…
entooooootttt… iyaaaa… aaaaaaaah… kontolmu enak juga Andiiiii… entot
teruuusssssssss …
Aku seolah menemukan apa yang kurindukan selama ini.
Tapi sayang, ketika nafsu birahiku belum terpuaskan, tiba – tiba Andi berkelojotan di atas
perutku. Lalu moncong penisnya memuntahkan air maninya di dalam liang
kemaluanku…!
Creeeettttt… creeeeeeet… creeeeeeetttt… creeeetttttt.. crooootttttttt…!
Begitu banyaknya air mani yang termuntahkan di dalam liang kewanitaanku, pada saat
aku belum orgasme.
Tapi aku tidak kecewa. Karena dari buku terjemahan yang pernah kubaca, cowok yang
baru pertama kali menyetubuhi wanita, pada umumnya belum bisa mengendalikan
nafsunya, sehingga hampir bisa dipastikan bakal ejakulasi prematur.
“Teh… nggak apa – apa barusan ngecrot di dalam memek Teteh?” tanya Andi sambil
mencabut batang kemaluannya dari liang kewanitaanku.
“Nggak apa – apa. Aku kan masih ikutan KB. Walau disemprot sperma seribu kali juga
takkan hamil.”
“Owh.. luar biasa enaknya Teh. Tapi kok cepat sekali ya.”
“Biasa kalau pertama kali sih suka begitu. Mmmm… kamu benar – benar baru pertama
kali tadi menyetubuhi perempuan?”
“Betul Teh. Sumpah… yang barusan itu untuk pertama kalinya dalam hidupku.”
Kuusap – usap rambut pendek Andi, “Berarti kebujanganmu dilepaskan di dalam
memekku ya.”
“Iya teh. Heheeeheee…”
“Kamu pernah nonton bokep?”
“Nonton sih suka. Tapi gak pernah selesai.”
“Kenapa?”
“Suka bingung sendiri. Makanya sebelum selesai suka dimatiin.”
“Bukannya cowok suka ngocok kontol sambil nonton bokep?”
“Nggak pernah ngocok Teh. Takut ada akibat negatif di kemudian hari.”
“Ogitu ya. Memang onani itu kurang baik. Tapi ngewe pelacur lebih buruk lagi. Bisa
ketularan penyakit kotor. Apalagi sekarang banyak virus HIV – AIDS, yang belum ada
obatnya. Tinggal nunggu mati aja orang yang sudah ketularan HIV sih.”
“Amit – amit… aku sih gak pernah nyari pelacur segala.”
“Terus gimana caranya kalau kamu nafsu dan ingin menyetubuhi wanita?”
“Aku suka mengalihkannya dengan berolah raga atau cari kesibukan lain.”
“Sekarang sih sudah ada aku ya. Kapan pun kamu merasa ingin ngewe, tinggal minta aja
sama aku. Pasti aku kasih kapan pun kamu mau. Kecuali kalau aku sedang mens.”
“Kalau lagi mens gak boleh begituan ya Teh?”
“Ya iyalah. Eh… tolong ambilin laptop dari tasku Di,” kataku sambil menunjuk ke tas
pakaianku.
Andi langsung turun dari bed dan mengeluarkan laptopku dari tas. Kemudian
menyerahkannya padaku.
“Aku punya koleksi bokep di sini,” kataku sambil mengaktifkan laptopku. Lalu mencari
file berisi koleksi video – video dewasa.
Andi yang masih telanjang bulat seperti aku, duduk bersila sambil memandang layar
laptopku.
Layar monitor laptopku mulai menayangkan adegan cunnilingus, cowok yang sedang
menjilati betis ceweknya. Lalu merayap ke arah paha si cewek dan bermuara di memek
cewek itu.
“Wow… lagi jilatin memek Teh. Aku paling suka melihat adegan kayak gini,” kata Andi
yang serius memandang layar monitor laptopku dengan mata hampir tak berkedip.
“Kamu mau jilatin memekku?” tanyaku.
“Mau Teh… yang kayak gitu tuh, “Andi menunjuk ke layar laptop yang sedang
memperlihatkan cewek duduk mengangkang di atas sofa, sementara si cowok menjilati
memek cewek itu sambil duduk di lantai.
Aku memperhatikan keadaan di dalam kamar hotel ini. Ada satu – satunya sofa yang
diletakkan berhadapan dengan sebuah televisi kecil.
“Ayo kalau mau jilatin memekku,” ajakku sambil turun dari bed.
Lalu duduk mengangkang di atas sofa itu sambil berkata, “Bawa laptopnya ke sini.”
Andi turun dari bed sambil membawa laptop yang sedang aktif itu. Lalu meletakkannya
di atas meja kecil yang berdampingan dengan sofa ini.
“Biar sama persis dengan video itu, lakukan aja di sini,” kataku sambil semakin
mengangkangkan sepasang kakiku.
Andi pun mengikuti adegan di layar laptopku. Duduk bersila di depan kemaluanku.
“Yang harus dijilatin ininya nih… dan yang terpenting itilnya ini…” kataku sambil
menunjuk bagian dalam di antara kedua bibir luar kemaluanku, lalu kutunjuk juga
clitorisku.
“Iya Teh,” sahut Andi sambil melirik sebentar ke layar laptopku, yang sedang
memperlihatkan adegan fingering sambil menjilati clitorisnya.
“Boleh jariku dimasukkan juga seperti itu Teh?” tanya Andi sambil menunjuk ke arah
;layar laptopku.
“Boleh aja. Asalkan hati – hati, jangan sampai kukumu mencakar liang memekku.”
“Nggak Teh. Jari – jariku sih gak ada yang panjang kukunya. Selalu dipotong dan dikikir
seminggu sekali.”
Lalu… Andi mulai menjilati kemaluanku. Awalnya masih nyasar – nyasar, tapi akhirnya
dia mengerti apa yang harus dilakukannya. Sambil mengusap – usap rambut Andi yang
berada di bawah perutku, aku pun mulai m, erasakan nikmatnya memekku dijilati oleh
adik sepupuku itu.
Terlebih setelah dia menjilati kelentitku… luar biasa enaknya, sehingga aku pun mulai
berdesah dan merengek manja, “Oho… ooohoooo… jilatin terus itilku Andiiii… ini enak
seka;li Andiii… iyaaaaa… iyaaaa… jilatin terus itilnya… itiiiiillll… itilnya Andiiii… enak
sekali…
Sementara itu ketika aku memandang ke bawah perut Andi, tampak batang
kemaluannya sudah ngaceng lagi. “Nah… kontolmu sudah ngaceng lagi tuh… ayo
masukin lagi ke memekku, Andi…” kataku sambil mendorong kepala Andi agar menjauh
dari kemaluanku.
“Di sini aja Teh?” tanya Andi sambil menahan tubuhnya dengan tangan kanan
memegang sandaran sofaku, sementara tangan kirinya dipakai untuk memegang batang
kemaluannya yang siap untuk dijebloskan lagi ke dalam memekku.
“Iya, di sini aja. Biar kayak yang di layar laptop tuh… main di atas sofa juga kan…” kataku
sambil menarik batang kemaluan Andi dan kuletakkan moncongnya pas di mulut
vaginaku.
Andi jadi tahu apa yang harus dilakukannya. Batang kemaluannya dibenamkan lagi ke
dalam liang memekku… blessss…! Terbenam amblas seluruhnya.
“Ayo entotin lagi, “pintaku.
Andi pun mulai mengayun penisnya bermaju – mundur lagi di dalam liang memekku.
Dalam posisi mengangkang di atas sofa ini, ternyata kelentitku jadi tergesek – gesek terus
oleh batang kemaluan Andi, karena kelentitku jadi nyaris sejajar dengan arah gerakan
batang kemaluan Andi. Tentu saja hal ini menciptakan kenikmatan yang luar biasa
bagiku.
“Ayo Andiii… entot terus… jangan menoleh – noleh ke layar laptop terus… entooot
teruuuuussssssss… entooootttt… entooooooootttt… “rintihku sambil mengingatkan
bahwa tugas Andi sekarang adalah mengentotku sampai orgasme. Bukan untuk nonton
bokep di layar laptopku.
Akhirnya aku merasakan kenikmatan yang kudambakan ini. Bahwa aku merasa seolah
melayang- layang di langit tinggi. Langit ketujuh kata orang – orang tua sih. Pada saat
itulah aku mengejang sambil mencengkram kedua bahu Andi kuat – kuat. Sambil
memejamkan mataku. Sambil merasakan denyut – denyut indah di liang kemaluanku.
“Andiiii… oooooooohhhhhhhhh… !” rintihku lirih.
Aku memang sudah mencapai puncak kenikmatanku, yang biasa disebut orgasme.
Orgasme yang merupakan simbol kepuasan seorang wanita.
Aku pun terkulai lemah lunglai.
Tapi Andi masih gencar mengentotku.
Untungnya tak lama kemudian Andi mendengus dan berkata terengah – engah, “Teteh…
aku… aku udah mau lepas lagi ni Teeeeh…”
“Iya,” sahutku girang. Karena ingin secepatnya beristirahat. “Lepasin aja semua di dalam
memekku, Andi…”
Lalu Andi membenamkan batang kemaluannya di dalam liang memekku. Dan terasalah
moncong penisnya memuntahkan lahar lendirnya.
Croooooottttttt… crotttt… croooootttt… crottttt… croooooootttt… croooooooootttt…
crotcrot… crooootttt…!
Kubiarkan dulu penis Andi tetap menancap di liang memekku. Tapi setgelah penis itu
melemah, akhirnya lepas sendiri… plokkk…
Lalu kami mandi bersama di kamar mandi hotel yang sederhana ini.
“Enak gak memekku Di?” tanyaku sambil menepuk bahu saudara sepupuku yang alim
dan penurut itu.
“Enak sekali Teh. Sekarang aku jadi tau bahwa memek itu luar biasa enaknya. Tapi…
kalau aku pengen ngentot lagi gimana caranya?”
“Hmmm… kapan – kapan, kalau kamu mau ngentot lagi, masuk aja ke kamarku. Tapi
masuknya lewat pintu yang menuju pekarangan depan. Jangan yang menuju ruang
keluarga. Supaya gak kelihatan sama Soni dan Maxi.”
“Siap Teh.”
“Tapi ingat… semuanya ini harus dirahasiakan ya. Jangan sampai orang lain tau. Soni
dan Maxi juga gak boleh tau.”
“Iya Teh. Tentu aja aku akan merahasiakannya. Kalau ada yang tau, bisa rusak nama Teh
Nadya nanti.”
Tiba – tiba aku teringat sesuatu… teringat bahwa aku punya rumah kecil yang sekujurnya
terbuat dari bambu dan kayu rasamala. Rumah kecil itu dahulu suka dipakai istirahat
oleh Papa, terutama kalau sedang panen mangga. Karena rumah kecil itu terletak di
tengah kebun mangga, yang luasnya berhektar – hektar.
Lalu timbul niatanku untuk mengajak Andi ke rumah kecil itu. Tapi aku belum mau
memberitahu apa – apa tentang rumah bambu yang sangat tradisional tapi pasti sangat
nyaman untuk dipakai “begituan”. Karena suasana di sekitarnya selalu lengang. Tiada
seorang pun berani masuk kie dalam kebun mangga itu, kecuali kalau aku yang
menyuruhnya.
Hmmm… kapan – kapan aku akan mengajak Andi ke sana…
(To be continued)
The art of seduction is knowing what she really wants and slowly giving it to her in a way
that takes her breath away.
Seni rayuan adalah mengetahui apa yang sebenarnya ia inginkan dan perlahan-lahan
memberikan kepadanya dengan cara yang membuat napasnya terengah-engah.