MY DIARY Penculikan Tante Yully

Aku merasa curiga karena merasakan ada beberapa langkah kaki mengikutiku dari arah
belakang. Kiri kanan sudah sangat sepi, wajar karena sudah larut malam, kulihat arlojiku
sudah menunjukkan pukul 00:45. Aku sedikit khawatir dengan perasaanku ini, aku takut
untuk memandang ke arah belakang. Tujuanku masih jauh, aku harus segera kembali ke
tempat usaha pijat plus-plus.
Tadinya aku menawarkan bantuan pada Satorman, ia ingin berbelanja rokok, namun
karena tempat usaha harus dijaganya, aku malah menawarkan bantuan, pikirku sambil
mencari angin, biarlah aku berjalan kaki membeli rokok di warung terdekat. Sialnya
tidak ada satupun warung yang masih buka, sehingga aku harus berjalan lebih jauh
untuk menemukan warung yang menjual rokok.
Dari sejak meninggalkan warung, aku sudah menaruh curiga, sepertinya ada beberapa
pasang mata yang mengintaiku, aku merasakan ada yang membentutiku dari belakang.
Aku terus menenangkan diriku, semoga saja perasaanku salah. Kiri kanan sepi, jalanan
pun hanya sebentar-bentar dilewati mobil. Aku takut ada perampok yang
membuntutiku, aku berusaha berjalan lebih cepat, namun langkah di belakang pun
semakin jelas mendekatiku.
Tunggu, kata orang di belakangku, akhirnya orang yang membuntutiku membuka suara.
Suara itu sepertinya lama pernah ku kenal. Aku masih belum berani memalingkan
wajahku ke belakang. Kok buru-buru, tanya orang itu. Yully lupa dengan saya?, tanya
nya. Ternyata orang itu mengenal namaku, aku pun mencoba beranikan diri memandang
ke belakang, semoga ia orang baik yang aku kenal.
Mereka ada tiga orang, ya, dan yang tengah aku kenal, dia adalah Sabirin, adiknya
Solihin, pemilik tempat prostitusi yang dulu aku sempat bekerja di sana. Ceritanya
sangat panjang, aku adalah wanita baik-baik, namun karena hutang suamiku aku
terpaksa bekerja sebagai PSK untuk menebus hutang-hutang itu, resikonya cuma satu,
aku mempertaruhkan kehidupan anakku, Fenny.
Kali ini aku tidak tahu apa mau Sabirin yang dari tadi membuntutiku. Mau apa kamu?,
tanyaku ketus. Kamu ini kayak kacang lupa kulit ya, ejek Sabirin. Gimana keadaanmu
Yul?, tanya Sabirin. Baik… aku kembali menghadap maju dan melanjutkan perjalananku.
Namun Sabirin dan teman-temannya tetap membuntutiku dari arah belakang.
Aku kangen sama kamu yang dulu, kata Sabirin yang membuatku kesal, aku tidak mau
mendengarnya, aku terus berjalanan, namun Sabirin terus saja bercerita. Aku ingat
waktu itu kita bercinta. Sabirin terus melanjutkan ceritanya, Dulu kamu masih muda,
kamu primadona di tempat kita… Apa kamu tidak mau kembali untuk mendapatkan
uang banyak lagi?
Eits, jangan marah dulu… potong Sabirin. Itu kan dulu… lanjutnya. Dulu kamu masih
punya hutang, dan kini hutangmu sudah lunas… katanya. Kini kamu bisa dapat bersih,
kamu bisa kaya raya Yul, aku bisa membuatmu melejit seperti dahulu, kata Sabirin
mencoba membuat penawaran. Tidak, aku sudah meninggalkannya, jawabku lalu
bergerak lagi melanjutkan perjalanan.
Hahahahahaha, Sabirin tertawa panjang di belakang, Kamu pikir kamu sudah jadi wanita
baik-baik? Kamu pikir saya ga tahu?, mereka bertiga menertawaiku. Kamu tak bisa
membohongiku Yul, kata Sabirin melanjutkan omong kosongnya. Kamu sekerang masih
perek, saya tahu itu, katanya. Aku tidak mau menanggapinya, aku sudah merasa enak di
tempat usaha pijat plus-plus milik Herman, di sana lebih terasa kekeluargaannya, saling
mengerti dan membantu, tidak seperti tempat prostitusi dahulu yang seperti penjara.
Ckckckckck, Sabirin lalu menahanku, ia memegangi pundakku. Lalu ia mendekat dan
berbisik, Saya punya pelanggan yang berani membayar mahal untuk perek oriental
sepertimu, kata Sabirin. Aku melepaskan tangannya yang memegangi pundakku sambil
berkata, Maaf aku tidak tertarik, lalu mengacuhkan mereka dan terus melanjutkan jalan
ku.
Cuih, pelacur murahan, ejek Sabirin yang kemudian membuatku marah. Aku mulai
melototinya lagi, dan ku tampar pipinya, aku coba memperingatkannya, Aku sudah
muak dengan kalian! Sabirin yang berbadan besar seperti abangnya itu memegangi
pipinya sambil menatapku, ia marah telah kutampar. Dengar! Aku tidak mau berurusan
dengan kalian lagi!
Namun ternyata langkahku salah, usahaku malah membuat Sabirin marah. Ia lalu
memukulku, bogemnya tepat ke arah perutku, hingga aku terkulai lemas karena sakit di
perutku. Macam-macam nih perek, lalu Sabirin menendangku hingga aku tidak sadarkan
diri, aku hanya mendengar ia memerintahkan dua temannya untuk membawaku, lalu
pikiranku gelap, dan aku pingsan.
***
Ketika aku bangun aku sudah kaget, aku berada di dalam mobil bersama Sabirin dan
temannya, satunya lagi sedang menyopir. Dan yang buat aku semakin kaget adalah
karena pakaianku telah hilang, aku bugil dan sedang digerayangi Sabirin dan temannya.
Oh, sudah sadar ya, tanya Sabirin yang tadi menyedoti susu ku.
Kamu masih tetap cantik Yul, pujinya. Kamu bisa menghasilkan banyak duit untukku,
lanjutnya dengan semunyum licik. Tolong lepaskan aku, aku mohon, aku coba memelas.
Namun mereka tidak menghiraukanku. Aku entah mau dibawa ke mana, aku takut aku
dibawa ke tempat prostitusi yang dulu itu lagi, tempat itu bagai penjara, kami tidak bisa
keluar dari sana apabila sudah memasukinya.
Aku akan berikan berapapun yang kalian minta, kataku coba memberikan penawaran.
Bego, lu itu penghasil uang, ngapain kami minta uang yang terbatas, kata Sabirin.
Sebentar lagi kamu akan ketemu klien kita, kata Sabirin. Aku semakin takut mendengar
kata-katanya. Para negro itu sudah memberikan penawaran yang sangat menggiurkan,
katanya.
Perjalanan mungkin masih jauh. Sabirin mengambil kesempatan dengan memperkosaku
di sepanjang perjalanan. Aku lihat ke kaca, jalanan sepi, hanya pepohonan di sekeliling,
aku tidak tahu ini jalan apa, aku telah ketinggalan melihat sekeliling karena pingsan tadi.
Sabirin dan temannya sudah membuka pakaian mereka, temannya memegangiku
dengan kuat, aku tidak bisa melawan, Sabirin mulai menusukkan penisnya ke vaginaku.
5/20/23, 12:44 PM MY DIARY Penculikan Tante Yully | Cerita Sex
https://ceritaseru.xyz/my-diary-penculikan-tante-yully-1078334-1 4/9
Mereka berdua mempermainkanku di dalam mobil, walaupun mobil bergoyang-goyang
karena jalanan yang tidak rata, namun mereka tidak memperdulikannya. Sabirin
memperkosaku dengan ganas, temannya mencengkram tanganku dengan kuat. Aku
tidak bisa berbuat apa-apa hingga Sabirin berhasil menyemprotkan spermanya di dalam
vaginaku.
Kau masih nikmat seperti yang dulu Yul, kata Sabirin lalu menarik keluar penisnya dari
vaginaku. Kemudian ia bergantian posisi dengan temannya yang satu, Sabirin
memegangiku agar tidak melawan, sedangkan kawannya yang tadi memegangiku sudah
menindihku, penisnya besar, badannya sedikit berbau alkohol.
Aku berharap ada yang bisa menolongku, semoga Satorman curiga kenapa aku belum
pulang setelah membeli rokok. Aku tidak mau anakku Fenny mengkhawatirkanku, aku
terus menangis, dengan tubuh yang sedang digenjot temannya Sabirin, aku hanya bisa
meratapi nasibku. “Arghhh.. ,” sakit sekali, penisnya cukup besar dan panjang, sehingga
masuk cukup dalam.
Mobil tetap jalan hingga jalanan berbatu dan sepi, tiba-tiba berhenti di saat teman
Sabirin ini berteriak, “Woi, giliran lu tot! Pria itu telah menyemprotkan spermanya di
dalam vagina ku, kemudian dia bangkit dan kembali memakai pakaiannya. Mobil tak
bergerak, tiba-tiba pintu terbuka, ternyata itu sang supir yang tadi bersama Sabirin
membuntutiku.
“Jangannn… Aku mohooon… ”, aku meminta mohon karena vaginaku terasa panas garagara gesekan penis besar tadinya. “Hahaha, lu kira gue siapa? ,” tanya pria itu sambil
mengarahkan penisnya padaku. “Panggilanku adalah KENTOT, karena hobi gue suka
ngentot, mengerti?! ,” lanjut pria itu lalu menusukkan penisnya ke vaginaku.
“Kerjaan lu sedang menanti Yul… ”, bisik Sabirin ketika Kentot sudah menyemprotkan
spermanya di dalam vaginaku. “Sudah saatnya kamu kembali tenar… Dan menghasilkan
duit yang banyak… ,” kata Sabirin. Mobil pun berhenti, pintu mulai dibuka dari luar,
gelap, sosok bayangan beberap pria sudah menunggu di depan pintu.
Ku pandangi sekitar ternyata kami di dalam hutan, hanya pepohonan yang ada di sekitar,
beberapa pria sudah menunggu di dalam hutan sambil membuat api unggun. Gawat
pikirku dalam hati, ada sekitar lima pria telah menungguku di sini, mereka berbadan
besar dan berotot, wajah mereka tidak jelas karena berbaur dengan gelap malam.
Mereka mulai berbicara dalam bahasa Inggris, salah satu pria besar mendekatiku sambil
mengendus-ngendus, sedangkan pria lain sedang bertransaksi dengan Sabirin, mereka
berhitung-hitung, tak jelas ku lihat, namun itu sepertinya mata uang Dollar. “Come
here… ,” kata pria negro yang tadi mengendus-ngendusku, ia menarik rambutku dengan
kasar, hingga dekat ke api unggun.
Pria negro itu lalu marah, ia mendorongku, lalu bertolak dan mendekati Sabirin, entah
apa yang dimarahinya, sepertinya ia tersinggung gara-gara Sabirin dan teman-temannya
terlebih dahulu memperkosaku. Ku lihat Sabirin mencoba menenangkan pria negro itu.
Pria negro itu tidak terima, ia memarahi Sabirin secara terua menerus, kudengar seperti
ada kata “FUCK” yang terucap dari mulutnya.
“Arg!!! ”, Sabirin kesakitan karena dicekik pria itu, lalu teman-temannya ingin melerai,
aku tidak berani lihat, pria negro itu bisa saja membunuh Sabirin. Tidak ada yang bisa
melerai, teman-teman Sabirin pun menjadi sasaran kemarahan pria negro itu, bahkan
teman-teman sang negro membantunya memukuli Sabirin dan teman-temannya.
Aku mengendap-ngendap ke mobil, semoga kunci tertinggal di dalam. “Sial,” tidak ada
kunci yang tertancap, aku mulai gelisah, coba memandang ke arah jendela mobil melihat
aksi mereka, dan telat, seseorang menjambak rambutku dan kembali menarikku keluar.
Sabirin dan teman-temannya sudah takluk, mereka diikat oleh para negro, tidak bisa
bwrbuat apa-apa, mereka bagai pecundang yang dipecundangi klien sendiri. Negro itu
tertawa terbahak-bahak, seolah-olah mereka sangat senang berbuat demikian. Mereka
mulai menelanjangi tubuh mereka. Aku masih di dekapan seorang negro, tidak bisa
bergerak.
Satu negro mulai mendekatiku, tanpa tanggung-tanggung ia langsung melumat bibirku,
entah apa yang digumamnya sepertinya aku mendengar ia bilang ‘Fucking Chinesse’.
Bibirku bukan saja diciuminya namun juga digigit-gigitnya di bagian bibir bawah. Para
negro ini sepertinya mempunyai kepribadian yang aneh, mereka suda dengan gaya
hardcore.
5/20/23, 12:44 PM MY DIARY Penculikan Tante Yully | Cerita Sex
https://ceritaseru.xyz/my-diary-penculikan-tante-yully-1078334-1 6/9
Negro yang lain mulai meraba-rabaku, tangan mereka besar dan kasar, geli sekali kulitku
merasakan kasar dari tangan mereka. Susuku diremas dengan kuat, sakit sekali,
sepertinya mereka tidak menghiraukan sakit yang aku rasakan, mereka meremasnya
seperti aku adalah boneka yang tidak bisa merasakan sakit.
Sabirin dan temannya tidak berkutik, mereka hanya bisa melihatku diperlakukan dengan
kasar di sini. Aku tidak punya harapan. Vaginaku mulai kembali diraba salah satu negro.
Sambil menciumi bibirku, negro itu mulai menarik-narik jembutku dengan kuat, sakit, ia
maksa cabut jembutku dengan tangannya, para negro ini kelainan jiwa, mereka hyper.
Perih ku rasakan di bagian jembutku, beberapa bulu sudah berhasil dicabut, kini ia mulai
menusukkan jarinya ke dalam vaginaku, jarinya kasar dan besar. “Argh!!! ,” negro itu
kasar sekali mengocok vaginaku dengan jarinya. Sakit sekali, ia memutar-mutar,
memgocok, dan menarik keluar masuk jarinya di vaginaku.
Tidak puas dengan satu jari, negro itu mulai menggunakan dua jari. Aku tak berdaya,
badanku lemah, susuku sakit karena masih terua diremas oleh negro lainnya, vaginaku
pun sakit karena diobok-obak dengan dua jari pria negro yang sedang menggigit bibirku.
Bagian jembutku pun perih, mungkin sudah sedikit berdarah karena bulunya dicabut
paksa.
Beberapa saat mengobok dengan dua jari, pria itu kembali lagi menambah menjadi tiga
jari. Vaginaku semakin sakit, antara pedas dan panas terasa di dinding vaginaku. Negro
itu sangat kasar memperlakukanku.
Pria negro lain menambah kayu bakar agar api unggun tidak padam. Permainan
terhenti, negro yang mengocok vaginaku dengan jarinya kini sudah bangkit, ia mulai
bosan dengan aksi monoton yang cukup lama itu. Ku lihat ia memegangi penisnya yanh
besar itu, sangat besar, lebih besar dari punya Sabirin dan teman-temannya, ia kocok
lalu arahkan ke vaginaku, tanpa pelindung, ia tak sungkan-sungkan secara paksa lalu
menusukkan penisnya ke dalam lubang vaginaku.
Lebih sakit dari yang tadi, vaginaku benar-benar seperti akan koyak, perkosaan oleh tiga
orang sudah cukup menyakiti vaginaku, lalu permainan jari yang kasar pun telah
mencederai dinding vaginaku, kini penis panjang dan besar itu tertancap dalam
vaginaku, sakit sekali. Susuku pun serupa, para negro meremasnya dengan kuat, seperti
diperas-peras, susuku terasa mau pecah saja.
“BITCH!!”, teriak negro itu yang menggagahiku, ia mulaj meggenjot tubuhku. Penis
panjangnya aku yakin tidak bisa masuk sepenuhnya di dalam vaginaku. Badanku
bergoyang kuat karena sodokan sang negro. Sakit di seluruh tubuhku membuatku
kembali menangis, menahan perih tubuh dan hati, aku bagai sampah bagi mereka.
Beberapa saat, api unggun mulai meredup kembali, salah satu negro kembali
menambah kayu bakar. Kulihat Sabirin dan teman-temannya telah terkulai, mungkin
mereka sudah ketiduran.
Pria yang memperkosaku sudah mempercepat gerakannya, ia kemudian
menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Terasa spermanya hangat dan banyam
mengalir di dalam lubang vaginaku, pria itu terlihat senang, ia tersenyum dan
menampakkan gigi putihnya yang terlihat jelas di kegelapan. Aku mulai lemah, pria
selanjutnya mengambil giliran, aku sudah tidak kuat lagi. Mereka akan menggilirku
bergantian hingga puas, aku lebih baik menutup mataku, aku ingin ini semua segera
berakhir. Aku pun pingsan, tak sadarkan diri, mereka pasti mempermainkan tubuhku
yang tak sadarkan diri.
Hingga aku tersadar, aku terbangun di dalam mobil. Sabirin dan temannya ada di dalam,
tidak ada orang negro, namun seluruh badanku sakit sekali, seperti hancur lebur. Sabirin
hanya bilang, “Maafkan kami, kami akan membiayai perobatanmu,” katanya membuatku
menangis. Ku lihat sekujur tubuhku lebam-lebam, di arah vaginaku berdarah, jembutku
sisa beberapa helai saja. Bibirku pun koyak mungkin karena gigitan para negro. Payudara
ku pun berdenyut kencang karena bengkak. Aku tidak bisa berbuka suara, tidak ada
tenaga lagi untuk berkata-kata. Dan entah kemana Sabirin akan kembali membawaku
pergi.
TAMAT