Obsesi Nakal Seorang Ibu Pada Putrinya Part 1

Namaku Rina. Aku sudah menikah dan memiliki seorang putri tunggal, Fara namanya.
Usianya yang sudah beranjak remaja telah membuat dirinya tampak menarik. Wajahnya
yang cantik dan imut menjadi nilai lebih darinya. Umurku sendiri baru 35 tahun,
sedangkan suamiku, Mas Alan, 38 tahun.
Ada sebuah pengalaman yang sangat membekas dalam ingatanku. Waktu kecil dulu aku
pernah diam-diam melihat ibuku dientot oleh kakekku, ayah kandung ibuku sendiri. Aku
tidak tahu apa yang membuat ibu dan kakek melakukan hubungan seperti itu, aku yang
juga tidak tahu harus berbuat apa akhirnya memilih diam.
Kini saat sudah memiliki putri, aku sering membayangkan kalau suamiku bersetubuh
dengan anak gadis kami. Membayangkan bagaimana suamiku menggenjot anak
gadisnya sendiri sampai anak gadis kami ini hamil olehnya. Tentu saja itu merupakan
khayalan gila dari seorang ibu terhadap anak dan suaminya sendiri.
Saat aku berhubungan badan dengan suamiku, aku juga menganggap kalau aku ini
adalah Fara, anak gadisnya. Hal itu membuatku orgasme lebih cepat. Selain itu, saat aku
pergi ke pasar dan meninggalkan mereka berdua di rumah, aku juga sering
membayangkan kalau mereka bersetubuh di belakangku selama aku pergi.
Seiring waktu, hanya dengan membayangkan tidak cukup lagi bagiku. Kini aku betulbetul berharap mereka berzinah, melakukan hubungan badan sedarah antara seorang
ayah dan anak gadisnya. Akupun berusaha menciptakan situasi-situasi agar suami dan

anakku menjadi tertarik satu sama lain. Aku sampai membelikan putriku pakaianpakaian yang seksi, lalu mengajarinya cara berpakaian yang membuat lekuk tubuhnya
tercetak.
Sebenarnya sering suamiku memprotes cara berpakaian putri kami. Tapi tentu saja aku
membela Fara.
“Memangnya kenapa sih Pa? kan cuma di rumah saja. Lagian cuma Papa sendiri laki-laki
di sini” ujarku.
“Iya sih”
“Kalau gitu ya gak apa-apa dong Pa…”
“Tapi kan… Ya sudah lah” kata suamiku akhirnya mengalah. Maka bebaslah Fara
berpakaian seperti itu di hadapan ayahnya.
Mungkin kalau pria lain yang melihat keadaan putri kami, pria itu sudah pasti akan
sangat bernafsu. Bagaimana tidak? Seorang gadis cantik yang sedang segar-segarnya
tampil dengan pakaian yang menggemaskan dan membangkitkan birahi, yang mana
ibunya sendiri yang mengajarkan cara berpakaiannya itu. Itupun sebenarnya cukup
sering terjadi, karena teman-teman suamiku sering mampir ke rumah, begitupun bapakbapak tetangga sebelah.
“Wah, Fara udah gede yah… cantik lagi” Itu yang selalu mereka katakan bila melihat
putriku di rumah. Aku lihat mata mereka selalu melirik ke tubuh putri kami. Rasanya
sungguh aneh saat anak gadisku dipelototin begitu, antara marah dan bangga karena
putriku banyak yang menyukai.
Dengan keadaan Fara yang berpakaian seperti itu, aku jadi lebih sering meninggalkan
suami dan putri kami berdua menonton tv, atau menyuruh suamiku membantu Fara
mengerjakan PR-nya di dalam kamarnya Fara. Saat mereka berduaan, akupun diamdiam memperhatikan dari jauh. Aku ingin tahu apakah suamiku mencuri-curi pandang
ke arah anaknya.
Malam ini kami sedang duduk bersama menonton acara televisi. Sebenarnya ini adalah
keadaan dan suasana yang biasa, hanya pikiranku saja yang tidak beres.
“Sayang, ayo sini mama pangku” kataku mulai melancarkan aksiku. Fara saat itu masih
tetap setia mengenakan tanktop dan celana pendek sepaha bila sedang di rumah.
“Ihh… mama. Fara kan udah gede. Masa masih dipangku!?”
“Hihihi, udah gede apanya? udah gede apanya ayo…” kataku sambil menarik Fara,
memeluknya lalu mengangkatnya ke pangkuanku sambil ku gelitiki.
“Hahaha… geli mah, ampun…”
“Ininya yah yang udah gede?” tanyaku sambil menyentil buah dadanya yang hanya
ditutupi tanktop.
“Mama! Geli…!”
Bercanda seperti inipun memang sudah sering kami lakukan. Saling menggelitik dan
bermain-main saat bersama-sama duduk menonton tv. Tapi kini aku mempunyai tujuan
lain, yaitu sengaja membuat suamiku jadi terangsang dan bernafsu pada anaknya
sendiri.
“Hihihi, Pa, lihat nih anakmu udah gede” ujarku memanggil Mas Alan. Kaki Fara ku buat
jadi membuka lebar saat itu. Aku ingin suamiku melihat betapa putrinya kini sudah
menjadi seorang gadis yang cantik dan menggairahkan. Membuat suamiku jadi
berpikiran kotor pada anak gadisnya sendiri. Mas Alan memang melirik ke arah kami,
tapi dapat ku baca dari wajahnya kalau yang dimaksud ‘gede’ olehnya hanyalah umur
putrinya yang sudah semakin bertambah, bukan ukuran-ukuran kewanitaan seperti
buah dada, pinggul dan lekuk tubuh putrinya.
“Ayo sayang, minta pangku juga sama papa kamu sana” suruhku pada Fara.
“Pa… pangkuin Fara dong…” minta Fara manja.
“Iya-iya sini” kata mas Alan sambil membiarkan Fara duduk di pangkuannya. Mereka kini
sama-sama menghadap ke arah tv. Suamiku tampak biasa-biasa saja, tidak terlihat
tanda-tanda nafsu meskipun saat ini ada seorang gadis cantik yang sedang duduk di
pangkuannya. Padahal aku berharap kalau suamiku ereksi, sehingga penis tegangnya
akan mengganjal pantat anak gadis kami.
“Duh, iya nih kamu sudah gede. Berat amat sekarang” ujar mas Alan sambil mengusapngusap rambut Fara.
“Biarin… week. Nih rasain!” Fara lalu mengangkat sedikit pinggulnya, lalu
menurunkannya lagi tiba-tiba ke bawah. Seakan menunjukkan kalau dia memang sudah
lebih berat sekarang karena semakin dewasa. Namun yang ada itu malah membuat
penis suamiku tertekan pantat putrinya.
“Duh, kamu ini” gerutu suamiku. Namun tetap membiarkan Fara terus di pangkuannya.
Fara tampak nyaman sekali dipangku ayahnya, mereka begitu mesra. Merekapun terus
menonton tv dengan posisi berduaan begitu, dan aku terus hanya memperhatikan.
Semakin lama, ku lihat sesekali pantat putriku ini bergeser-geser kesana-kemari di
pangkuan suamiku. Apa suamiku sedang ereksi? Sehingga membuat Fara merasa tidak
nyaman karena pantatnya terganjal? Kalau benar, apa putriku ini tahu kalau penis tegang
ayahnyalah yang sedang mengganjal pantatnya saat ini?
Aku lalu bangkit dari tempat dudukku. Aku ingin meninggalkan mereka berdua lagi kali
ini.
“Mau kemana ma?” tanya suamiku.
“Mau ke kamar, sudah ngantuk” jawabku sekenanya, karena tujuanku sebenarnya
hanyalah ingin membiarkan mereka berduaan.
“Kamu mau tidur juga sayang?” tanyanya kini pada Fara.
“Belum ngaktuk Pa” jawab Fara cuek sambil tetap asik menonton tv.
“Ya sudah”
Akupun masuk ke kamar dan membiarkan suami dan anakku berduaan di sana. Dari
dalam kamar aku mencoba mengintip mereka, tapi tidak ada gerakan ataupun obrolan
yang aneh-aneh meski posisi mereka tetap tidak berubah. Akupun memutuskan untuk
berbaring di ranjang. Tapi tanpa sadar aku benar-benar tertidur!
Saat aku terbangun esok paginya dadaku begitu berdebar-debar. Entah apa yang sudah
ku lewatkan tadi malam. Apa mereka melakukan sesuatu selagi aku tidur? Atau bahkan
suamiku dan putri kami sudah bersenggama? Pikiran-pikiran itu terus melintas di
kepalaku. Perasaanku semakin tidak karuan karena aku tidak mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi, meskipun belum tentu semua yang ku pikirkan tadi benar-benar
terjadi.
~~
Akupun melanjutkan terus aksiku. Ketika itu dengan nada bercanda aku menyuruh Mas
Alan untuk memandikan Fara, tapi tentu saja baik Fara maupun suamiku menolaknya.
“Gak mau ah, Fara kan udah gede, masa dimandikan Papa” jawab Fara.
“Iya nih, mama ada-ada aja” kata suamiku ikut-ikutan.
“Hihihi… Kalau mama yang mandikan Fara, mau?” tanyaku lagi.
“Gak mau juga!”
Namun akhirnya Fara mau juga mandi denganku. Dia benar-benar sudah menjadi
seorang gadis muda yang cantik. Tanda-tanda kewanitaannya benar-benar sedang
tumbuh dengan baik. Pastinya akan membuat nafsu para lelaki bila melihat dia telanjang
dan basah-basahan seperti sekarang ini. Aku ingin ayahnya juga melihatnya dengan
pandangan nafsu.
Waktu aku ingin menyabuni badan, ku temukan botol sabun sudah mau habis. Ini
kesempatanku!
“Sayang, sabunnya habis nih. Kamu ambilin gih ke belakang” suruhku pada Fara.
“Kok Fara sih ma?”
“Iya dong, masa mama yang ambil. Sana”
“Iyaa…”
Fara lalu melilitkan handuk ke tubuhnya, tapi ku cegah. Aku ingin memamerkan tubuh
indah Fara kepada ayahnya saat ini. Tanpa banyak tanya Farapun menuruti. Aku
memanfaatkan sifatnya yang masih polos dan belum mengerti betapa pentingnya
menutupi bagian-bagian kewanitaaannya itu. Jadilah dia bertelanjang bulat dari kamar
mandi ke dapur.
Pintu kamar mandi ku buka sedikit agar aku dapat mendengar apa yang akan terjadi.
Dari sini aku memang tidak bisa melihat apa yang terjadi, namun aku masih bisa
mendengar dengan jelas. Ku dengar suamiku terkejut dan menegur Fara kenapa
keluyuran telanjang begitu di dalam rumah. Dijawab Fara kalau ingin mengambil sabun.
“Sabunnya dimana Pa? gak ketemu nih…”
“Bentar papa ambilkan”
Tidak terdengar suara sama sekali selama beberapa saat kemudian. Dadaku berdebar
memikirkan suamiku sedang bersama putri kami yang bertelanjang bulat! Pastinya jarak
antara ayah dan anak itu sangat dekat. Aku tidak tahu apa suamiku terangsang saat ini.
Namun yang pasti, akulah yang terangsang berat karena memikirkan hal tersebut.
“Makasih Pa”
“Iya, sana cepat ke kamar mandi. Nanti malah masuk angin lama-lama telanjang di luar”
“Iya Pa”
Tidak lama kemudian Fara masuk kembali ke kamar mandi.
“Mama lagi ngapaiiiin!??”
“Eh, n-nggak lagi ngapa-ngapain” jawabku tergagap. Aku kedapatan olehnya sedang
masturbasi menyemprotkan shower ke vaginaku! Untung kemudian bisa ku jelaskan
kalau aku sedang membersihkan bagian tersebut. Kamipun mandi seperti biasa
selanjutnya.
Handuk yang kami bawa saat itu cuma satu, jadi kami pakai berdua bergantian setelah
selesai mandi. Tentu aku yang mengenakan handuk itu, sedangkan Fara ku suruh
bertelanjang menuju ke kamarnya. Sekali lagi ketelanjangannya di lihat oleh ayahnya.
~~
Malam harinya aku mengajak Fara tidur bersama di kamar kami. Tentunya ini juga
bagian dari rencanaku yang lain. Suamiku awalnya menolak karena harus berbagi
ranjang dengan Fara, mungkin karena anak perempuannya itu sudah besar. Tapi setelah
ku bujuk terus akhirnya dia mau juga.
“Kamu suka sayang kita tidur sama-sama kayak dulu lagi?” tanyaku pada Fara.
“Suka ma, udah lama nggak”
Sebelum tidur kami menghabiskan waktu untuk ngobrol-ngobrol tentang sekolahnya,
teman-temannya, rencana liburan, hadiah ulang tahunnya yang akan datang dan lainlain. Posisi Fara berada di tengah-tengah diapit oleh kami berdua.
“Menurut kamu Papa orangnya gimana sayang?” tanyaku kini mencoba membahas
tentang ayahnya.
“Baik, gak pemarah”
“Kamu sayang tidak sama Papa?”
“Iya, Fara sayang banget sama Papa”
“Cuma sayang saja? Tidak cinta?” tanyaku lagi.
“Iya, Fara juga cinta Papa” jawab Fara polos. Tentu saja cinta yang dimaksud Fara
bukanlah seperti perasaan cinta kepada kekasih, namun hanya perasaan cinta dari
seorang anak kepada orangtuanya.
“Tuh Pa, anak kamu saja cinta sama kamu, masa kamu enggak? hihihi” tanyaku kini pada
mas Alan. Aku ingin tahu bagaimana responnya.
“Ihh… Papa gak cinta yah sama Fara?” rengek Fara manja.
“Ah, gara-gara kamu ini Ma. Iya sayaaang… Papa juga cinta kok sama kamu” ucap
suamiku yang disambut tawa renyah Fara. Mendengar hal ini membuatku semakin
bersemangat. Ku dekati Fara dan ku bisikkan sesuatu padanya.
“Pa, kalau Papa cinta sama Fara, cium Fara dong Pa…” kata Fara kemudian. Ia menuruti
apa yang ku bisikkan padanya barusan. Mas Alan yang mendengar permintaan Fara itu
dibuat terkejut, diapun melotot kepadaku karena sudah mengatakan yang tidak-tidak
pada putri kami. Aku hanya tertawa kecil saja.
“Iya, sini sayang…” ucap Mas Alan mau juga akhirnya,
“Cup”
“Yang kanan juga Pa” pinta Fara lagi.
“Iya-iya” saat mencium pipi kanan, suamiku sedikit menghimpit Fara karena putrinya itu
berada di sisi kirinya.
“Fara juga cium dong Papanya” suruhku lagi, Fara pun melakukannya. Dia kini gantian
menciumi pipi Papanya. Darahku berdesir melihat pemandangan cium-ciuman ini.
Adegan cium-ciuman antara ayah dan putrinya. Walau sebenarnya hal ini tidak asing,
namun baru kali ini mereka saling mencium berkali-kali, bahkan melakukannya di atas
ranjang.
Saat putri kami sudah tidur, akupun melanjutkan aksiku untuk merangsang suamiku.
Aku bermasturbasi di sebelah Fara. Suamiku tentunya terkejut melihat aksiku karena ada
Fara di dekat kami, aku senyum-senyum saja. Ku katakan kalau aku sedang kepengen.
Tentu saja suamiku menolaknya, mana mungkin kami ngentot saat Fara ada di tengahtengah kami.
Saat mengocoknya, sering aku menyentuhkan penisnya ke paha putri kami. Tentunya
aku pura-pura tidak sengaja saat melakukannya.
“Ma… hati-hati dong…”
“Kenapa Pa? geli yah kena paha Fara? Hihihi”
“Bukan gitu… Nanti kalau dia bangun gimana coba?”
“Iya deh… sorry” kataku sambil tersenyum. Ku lanjutkan terus kocokanku sampai
akhirnya dia muncrat, tapi sengaja ku arahkan ke selangakangan putri kami. Jadilah
celana pendek serta paha Fara berceceran sperma ayah kandungnya.
“Duh Ma… kena Fara nih… Makanya aku bilang hati-hati!” ujar suamiku berbisik keras.
“Wah… Gak sengaja Pa. Papa yang bersihkan yah, aku mau ke wc dulu”
“Lho? Kok aku sih ma yang ngebersihin?” tanya suamiku jengkel, namun aku terus saja
memalingkan tubuhku berjalan ke wc.
Saat aku sudah keluar dari kamar, aku mengintip apa yang akan dilakukan suamiku. Dia
tampak kerepotan membersihkan ceceran spermanya yang ada di sekitar selangkangan
anak gadisnya. Sayangnya dia hanya sekedar membersihkan, tidak berperilaku aneh.
~~
Malam itu baru permulaan, karena setelah itu semakin sering ku ajak Fara tidur bareng
dengan kami. Fara sepertinya amat senang bisa tidur bersama-sama dan sepertinya dia
ketagihan, dia bahkan tidak mau lagi tidur di kamarnya. Bagiku ini pertanda bagus untuk
mewujudkan khayalanku.
Sama seperti malam itu, aku dan suamiku juga terus saling membantu bermasturbasi
walau ada Fara di tengah-tengah kami. Sehingga makin seringlah Fara terkena
semprotan peju ayahnya karena selalu sengaja ku tembakkan ke arah selangkangannya.
Kadang tidak hanya paha dan celana pendeknya saja yang kena, namun juga tangan dan
bajunya.
Bahkan pernah suamiku menyemprot sangat kencang hingga ada yang mengenai wajah
putri kami. Dan lagi-lagi, suamikulah yang ku suruh membersihkan ceceran spermanya
itu. Mas Alan sepertinya sudah tidak keberatan lagi dengan kehadiran Fara di tempat
tidur. Spermanya yang berceceran di tubuh putrinya tidak menjadi masalah lagi baginya.
Entah ada hubungannya atau tidak. Suamiku jadi lebih sering meminta ML. Apa ini
sebagai pelampiasan nafsunya yang tak tersalurkan pada putrinya? Aku harap iya.
Tentunya dia memintanya saat siang hari karena kalau malam ada Fara di tempat tidur
kami. Walaupun sering aku mencoba mengajaknya ngentot setelah putri kami tidur,
namun dia tetap menolaknya.
Sering saat kami ngeseks di kamar waktu siang hari, pintu kamar ku buat agak terbuka.
Padahal ada Fara di rumah saat itu. Ya… aku sengaja membukanya sedikit dan berharap
putri kami melihat apa yang sedang ku buat dengan ayahnya. Dan itu benar terjadi!
Sering aku melihat kalau putriku sedang mengintip kami bersenggama.
Aku kini berpikir untuk tidak memberi jatah lagi pada suamiku. Saat suamiku kepengen,
akupun menolaknya dengan berbagai macam alasan seperti sedang capek, sibuk dan
sebagainya. Namun malamnya aku tetap membantu mengocok penisnya di samping
anakku seperti biasa. Karena memang ini tujuanku, aku tidak ingin melayani suamiku
agar malamnya dia melampiaskan nafsunya di samping putri kami.
“Ma, kita ML yuk…” pinta suamiku malam itu, akhirnya kini dia meminta ngeseks walau
ada Fara yang sedang tidur di antara kami. Tapi aku sudah punya rencana lain. Aku tetap
tidak akan memberinya jatah lagi.
“Capek Pa…” jawabku pura-pura lemas.
“Ayo lah Ma… Papa lagi kepengen nih…”
“Mama kocokin aja yah…” tawarku.
“Ya sudah Ma”
Dia lalu bangkit dan berlutut, sedangkan aku masih tetap berbaring sambil mengocok
penisnya. Namun posisi Fara masih ada di antara kami.
“Fara cantik yah Pa?” tanyaku memancing sambil tetap mengocok penis suamiku.
“Iya, sama kayak mamanya” aku tersenyum.
“Anak gadis Papa ini udah makin gede aja… lihat nih kulit putihnya lembut, mulus dan
licin” ujarku sambil menampar-nampar penis suamiku ke tangan anak kami. Suamiku
hanya diam saja! biasanya dia pasti protes! namun kali ini tidak berkata apa-apa!
“Enak yah Pa?” tanyaku. Tentu saja yang ku maksud enak atau tidak waktu penisnya
bersentuhan dengan kulit putri kami.
“Ngghh… Enak ma…”
“Geser dikit Pa, biar lebih enak mama ngocokinnya” pintaku. Diapun menggeser
tubuhnya ke atas sehingga kini penis tegangnya tepat mengarah ke wajah Fara. Posisinya
seperti akan men-cumshoot putri kami!
Ku melirik ke arah suamiku, dia ternyata memang sedang menatap wajah putri kami
sambil penisnya tetap ku kocok. Aku harap dia memang sedang berpikiran kotor
terhadap Fara.
Setelah sekian lama ku kocok, akhirnya dia muncrat juga. Anehnya dia tidak berusaha
mengarahkan muncratannya ke tempat lain. Jadilah wajah putri kami berlumuran
sperma kental suamiku. Pemandangan ini membuatku bergidik. Fara yang sedang tidur
baru saja disemprotin peju, dan pelakunya adalah ayah kandungnya!
“Ihh.. Pa, kok muncratnya ke wajah Fara sih? banyak banget lagi… udah gak tahan yah?”
godaku.
“I-iya Ma… kocokan mama enak banget” jawabnya.
Kocokanku yang enak atau kamu yang nafsu sama putrimu? Sampai-sampai muka
putrimu sendiri dipejuin gitu, ujarku dalam hati.
Tampak Fara sedikit menggeliatkan badannya, mungkin tidurnya terganggu karena ada
sesuatu yang mengenai mukanya.
“Cup cup cup… Fara sayang… tidur… tidur…” kataku berbisik sambil mengusap-ngusap
bahunya agar dia tertidur lagi.
“Tuh Papa… untung Faranya gak kebangun. Ya sudah, mama tidur duluan yah Pa. Gak
pengen nambah lagi kan ngepejuin muka Fara nya?” kataku menggoda suamiku.
“Apaan sih kamu ma? Aku kan gak sengaja nyemprot di muka Fara” katanya beralasan.
“Ya sudah, buruan bersihin gih, ntar dia beneran bangun. Kan gak lucu pas dia bangun
nemuin peju di mukanya, peju papanya pula, hihihi”
Baru saja ku berbicara begitu, Fara kembali menggeliat. Tangan Fara tampak mengusap
wajahnya sendiri. Mungkin dia berpikir kalau ada nyamuk di wajahnya, padahal itu
sperma ayah kandungnya.
“Cup cup cup… tidur sayang…” Kataku lagi buru-buru mengusap bahu Fara biar dia
lelap lagi.
“Kalau gak bobo ntar kena pejuin Papa lagi lho… hihihi” kataku lagi.
“Ma! Kamu ini, masa ngomongnya begitu!” katanya, aku hanya senyum-senyum saja,
lalu merebahkan badanku pura-pura tidur, membiarkan suamiku sibuk membersihkan
ceceran peju di wajah putrinya itu.
~~
“Ma… kocokin lagi dong…”
Malam esoknya juga demikan, dia meminta untuk dikocokin lagi olehku setelah aku
tidak menyetujui menerima ajakan ngentotnya. Tapi kali ini aku tidak ingin
membantunya. Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan olehnya bila tidak ku bantu
menuntaskan nafsunya itu. Aku berharap dia khilaf karena tidak tahan menahan nafsu
hingga mencabuli putri kandungnya sendiri.
“Mama ngantuk banget pa, badan mama rasanya juga gak enak. Papa ngocok sendiri aja
yah…”
“Yah… Kok gitu sih Ma?”
Aku tidak menjawab dan berpura-pura tidur setelahnya. Posisi tidurku menghadap ke
arah suami dan putri kami. Dengan sedikit membuka kelopak mata, akupun mengintip
bagaimana suamiku menuntaskan nafsunya. Akhirnya dia tetap juga mengocok penisnya
di sana, di samping Fara.
Entah dia sengaja atau tidak, dia sangat sering menempelkan penisnya ke paha putri
kami. Dan astaga! dia lalu bangkit dan menempelkan tubuhnya ke Fara, membuat
batang penisnya jadi terselip di antara kedua paha anak gadis kami ini. Dia tampak ragu
apa yang akan dilakukannya selanjutnya, diapun melirik ke arahku berkali-kali.
Suamiku melanjutkan aksinya lagi, sepertinya nafsunya yang sudah diubun-ubun tidak
memikirkan lagi kalau gadis muda yang sedang ditindihnya itu adalah anak kandungnya
sendiri. Aku memang tidak bisa melihat dengan jelas, tapi dia tampak sedang
menggesek-gesekkan penisnya keluar masuk di sela-sela paha Fara.
“Nggggghh… Faraaa” erang suamiku sambil menyebut nama putri kami!
Tidak lama kemudian tubuh suamiku mengejang. Dia klimaks! Suamiku menumpahkan
lagi pejunya ke tubuh putrinya, ke sekitaran selangkangan Fara. Bedanya kali ini bukan
aku yang mengarahkannya, namun dia sendiri yang melakukannya dengan sengaja!
Jantungku berdegub kencang. Oh tuhan… ini hampir mewujudkan khayalanku.