Obsesi Nakal Seorang Ibu Pada Putrinya Part 2

Sejak kejadian malam itu, aku terus berpura-pura malas untuk melayani suamiku.
Sehingga membuat suamiku akan terus mengulangi perbuatannya mengocok sebelum
tidur di samping Fara, hingga akhirnya memuncratkan spermanya dengan sengaja ke
arah putrinya ini. Baik paha, tangan maupun wajah Fara selalu menjadi sasaran tembak
sperma ayah kandungnya.
Aku juga makin sering mandi bersama Fara saat ada ayahnya di rumah. Tentu saja
setelah itu Fara ku suruh ke kamarnya dengan bertelanjang bulat. Suamiku yang sudah
hampir dua minggu tidak ku layani, ku cekoki dengan pemandangan bugil putri
kandungnya sesering mungkin. “Teruslah lihat tubuh putrimu ini suamiku sayang,
membuatmu nafsu bukan?
Entah mungkin karena jarang ku layani, suamiku kini kelihatan jadi lebih sering
memanjakan putrinya. Fara juga sepertinya semakin nempel pada suamiku. Ia sekarang
jadi lebih banyak menghabiskan waktu dengan ayahnya dibanding denganku. Bahkan
saat ada teman-teman ayahnya, Fara tetap saja berpangku-pangku dan bermanjaan
pada ayahnya.
“Pa, tadi malam onani lagi?”
“Iya mah, mama sih gak mau bantuin”
“Mama kan beneran capek Pa… Terus peju papa gimana? Kena Fara lagi dong?”
“Ya gak sengaja kena Fara nya…” jawabnya berbohong, padahal jelas-jelas yang ku lihat
dia sengaja menyemprotkannya ke tubuh putrinya.
“Soalnya Fara suka ngeluh tuh ke aku, katanya badannya sering terasa lengket waktu
bangun”
“Oh… gitu yah Ma, maaf deh. Papa bakal hati-hati” jawabnya. Dia mengatakan akan hatihati? Seharusnya dia tidak onani lagi dan memaksaku untuk melayaninya, tapi ternyata
tidak. Berarti dia memang ingin terus mengulangi perbuatannya untuk terus mengocok
di samping putri kami. Benar saja, dia tetap terus mengulanginya.
Hingga akhirnya malam itu yang suamiku takuti terjadi juga. Fara terbangun sesaat
setelah wajahnya disemprotin peju.
“Nghhh… Paaaaaaaaa!!! Apaan sih iniiiih???” teriak Fara kencang. Suamiku langsung
terdiam tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. Aku juga pura-pura terbangun.
“M-maaf sayang… i-itu…”
“Ihh.. kok Fara dikencingin siiiiiih?” Fara terlihat seperti ingin menangis saat itu. Diapun
langsung berlari menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar untuk mencuci
muka. Saat kembali, wajahnya terlihat ngambek, dia sepertinya marah. Diapun keluar
kamar untuk tidur di kamarnya. Baik aku dan suamiku sama-sama terdiam.
“Tuh kan Pa… makanya ku bilang hati-hati” kataku akhirnya dengan nada serius pada
suamiku, padahal hatiku sangat senang karena akhirnya Fara mengetahui perbuatan
Papanya. Aku penasaran apa yang akan terjadi setelah ini.
~~
Besoknya, dari pagi sampai Fara pulang sekolah dia tetap saja diam. Akupun menyuruh
suamiku ke kamar putri kami untuk membujuknya agak tidak ngambek lagi.
“Mama gak ikutan bujuk? Masa cuma papa sendiri?”
“Mama lagi masak Pa… papa aja deh. Lagian itu kan salah kamu Pa” tolakku. Tentunya
itu hanyalah alasanku agar mereka kembali berduaan, sekaligus aku ingin tahu
bagaimana suamiku mengatasi masalah ini. Setelah beberapa menit mereka di dalam,
akupun memutuskan untuk menguping apa yang sedang mereka bicarakan.
”…”
”… I-tu… itu bukan pipis sayang” terdengar suara suamiku. Sepertinya Fara masih
mengira kalau cairan itu adalah pipis ayahnya.
“Bukan pipis? Terus?”
“Itu peju, beda sama pipis” jelas suamiku.
“Pejuh? Tapi sama aja kan Pa, masa muka Fara dipe… dipejuhin sih?” tanya Fara polos.
“M-maaf sayang. Soalnya papa lagi nafsu waktu itu”
“Nafsu?”
“Iya.. nafsu. Papa tertarik sama kamu”
“Tertarik sama aku? Maksudnya Papa suka sama Fara?”
“Iya, karena papa suka dan cinta kamu”
“Gitu yah Pa? Jadi karena Papa nafsu sama Fara, terus papa buang pejuh ke Fara?” tanya
Fara berusaha menyimpulkan.
“I-iya sayang… maaf yah”
“Gak apa kok Pa… kalau memang gitu Papa boleh kok nafsu terus sama Fara” ujar Fara
santai. Tampaknya dia salah menyimpulkan penjelasan Papanya.
“Hah? I-iya, makasih sayang”
“Iya, sama-sama. Emang apa yang bikin Papa nafsu sama Fara? Jujur!” tanya Fara.
“I-tu… soalnya kamu cantik, terus badan kamu, terus pakaian kamu itu… Papa suka
banget, bikin Papa nafsu” jelas suamiku kesusahan menjawab pertanyaan anaknya. Fara
tertawa renyah mendengar jawaban Papanya karena menganggapnya pujian.
“Hihihi, makasih Pa. Berarti sekarang Papa nafsu dong sama Fara?” tanya Fara sambil
tersenyum manis. Saat itu dia memang mengenakan tanktop ketat dan celana pendek
sepaha seperti biasa.
“I-iya sayang… Papa nafsu lihat kamu”
“Hmm… kalau gitu Papa boleh kok kalau mau buang pejunya ke Fara lagi, Fara gak bakal
marah” ujar putri kami. Darahku berdesir mendengarnya. Aku tidak menyangka kalau
Fara akan berkata seperti itu. Memperbolehkan ayah kandungnya muncratin peju ke dia
lagi!!
“K-kamu serius sayang?” terdengar suamiku juga terkejut mendengar perkataan
anaknya.
“Iya… disiramin pejuh Papa lagi. Itu tanda suka dan cinta dari Papa kan? Sekarang boleh
kok kalau Papa mau”
“Tapi… itu kan…” Suamiku tampaknya bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
“Apa yang akan kau jawab suamiku? Anak gadismu meminta spermamu di tubuhnya. Itu
yang kamu mau bukan? Kau ketagihan ngepejuin anak gadismu sendiri bukan?” kataku
dalam hati. Dadaku sungguh berdebar-debar menanti jawaban suamiku.
“Kenapa Pa?”
“Baiklah kalau begitu, tapi jangan sekarang, nanti ketahuan Mama” jawab Mas Alan.
Suamiku menyetujuinya!!
“Emang Mama gak boleh tahu Pa?”
“Iya, kamu jangan kasih tahu mama yah… jangan kasih tahu mama apa yang baru kita
bicarakan. Bilang saja kalau kamu udah maafin Papa”
“Oh… ya udah. Ini bakal jadi rahasia kecil kita berdua. Fara bakal rahasiakan kalau Papa
nafsu sama Fara, gitu Pa? Oke?”
“Oke sayang… kamu memang pintar”
Ini sungguh situasi yang aneh. Mereka merahasiakan hal itu padaku, padahal akulah
yang membuat mereka menjadi seperti sekarang ini.
“Terus kapan Papa mau buang peju ke Fara lagi?” tanya Fara kemudian.
“Kamu nanti malam tidur sama Papa Mama lagi kan?”
“Hmm… Iya Pa..”
“Kalau gitu nanti malam Papa bakal pejuin kamu lagi seperti biasa. Boleh kan sayang?”
“Ihhh… Jadi tiap malam Fara kena semprot pejuh Papa terus !??” Fara balik bertanya.
“Iya sayang, Maaf yah.. hehe”
“Ohh.. pantesan badan Fara lengket terus waktu bangun. Ya udah, nanti malam yah Pa.
Gak usah diam-diam lagi, Fara mau kok bantuin”
Sepertinya sudah cukup apa yang ku dengar. Aku segera kembali ke dapur dan pura-pura
tidak mendengar apa yang terjadi barusan. Sensasi ini sungguh luar biasa. Obsesiku
semakin mendekati kenyataan. Aku tidak sabar menunggu malam tiba.
Malamnya Fara tidur lagi bersama kami. Suamikupun lagi-lagi meminta agar aku mau
melayaninya, setidaknya membantu mengocok penisnya. Tapi aku yakin itu hanya purapura saja. Begitupun dengan diriku yang masih pura-pura malas melayaninya serta
bertingkah seakan tidak mengetahui apa yang akan terjadi.
Setelah aku pura-pura terlelap merekapun memulai aksinya. Sesekali ku buka sedikit
mataku agar bisa melihat apa yang mereka lakukan. Suamiku tampak membangunkan
Fara yang sudah beneran tertidur.
“Sayang, bangun…” suamiku berbisik membangunkan putrinya.
“Nggmmhh… Papa mau pejuin Fara sekarang?”
“Ssssst… pelanin suaranya sayang!! ntar mama bangun”
“Ups, Papa mau pejuin Fara sekarang?” tanya Fara lagi dengan berbisik pelan.
“Iya, Papa mau ngepejuin anak gadis Papa sekarang, boleh kan sayang?”
“Boleh banget kok…”
Suamiku lalu tampak membuka celana tidurnya. Kemudian kembali tiduran di samping
putri kami.
“Kocokin sayang” suruh suamiku.
“Gimana caranya Pa?”
“Gini…”
Aku tidak dapat melihat dengan jelas, tapi ku yakin Fara sedang mengocok penis
ayahnya saat ini.
“Kamu memang pintar sayang”
“Hihi.. Makasih Pa… masih lama Pa keluar pejunya?”
“Bentar lagi kok, kamu mau papa keluarin dimana?”
“Terserah Papa aja, dimana yang papa suka” jawab Fara sambil tersenyum manis.
Beberapa saat kemudian suamiku bangkit dan berlutut di samping putri kami. Dia
tampaknya akan menembakkan pejunya ke wajah Fara lagi!!
“Sayang.. Papa mau keluarin peju nih…”
“Iya Pah.. tumpahin aja”
“Crooot.. crooot” sperma suamiku dimuncratkan lagi ke wajah anak gadisnya itu.
Bedanya kali ini putri kami sadar dan melihat langsung bagaimana penis ayahnya
menembakkan sperma kental di wajah cantiknya!! Pemandangan yang sungguh
membuatku blingsatan. Jantungku berdetak sangat kencang.
“Ih.. Pa, banyak banget. Geli, bau…”
“Maaf sayang…”
“Hihihi… Gak apa kok Pa, pasti karena Papa nafsu banget kan sama Fara?”
“Iya.. Papa nafsu banget. Sini biar Papa bersihin mukanya”
Suamiku lalu mengambil tisu dan membersihkan wajah anaknya.
“Cuma sekali aja Pa?” tanya Fara sambil membiarkan wajahnya dibersihkan Papanya.
“Kenapa? kamu masih mau Papa pejuin lagi? nakal yah…”
“Hehe, Mau aja kok…”
“Sudah, besok malam lagi. Ntar mama kamu bangun”
“Iya yah… ntar mama tahu rahasia kita lagi. Hmm… Papa suka pejuin muka mama
juga?” tanya Fara polos.
“Pernah sih…”
“Enakan mana dari pejuin muka Fara?”
“Enakan pejuin muka kamu dong… soalnya kamu anak gadis Papa yang paling cantik”
“Emang cantikan mana, mama atau anak papa ini? Jujur lho…”
“Lebih cantik kamu…”
“Terus, nafsuin mana? Papa lebih nafsu sama siapa?”
“Nafsuin kamuuuu… anak papa sayaaaang”
“Hihihi, makasih Pa”
“Iya, sudah sana tidur. Besok kamu sekolah”
“Oke Pa… Malam…”
Hatiku serasa diaduk-aduk!! Fara mungkin memang polos bertanya seperti itu pada
ayahnya, sedangkan ayahnya mungkin saja menjawabnya sesuai keinginan Fara. Tapi
aku merasakan cemburu yang luar biasa dibanding-bandingkan dengan putriku sendiri
seperti itu, namun memang ini yang aku inginkan.
~~
Setelah malam itu, merekapun terus mengulangi perbuatan tersebut. Putri kami selalu
jadi pelampiasan nafsu suamiku. Tiap malam Fara pasti selalu disemprot peju ayah
kandungnya. Pakaian, tangan, paha, dan mukanya ia relakan sebagai sasaran muncratan
peju ayahnya. Bahkan sekarang mereka sudah berani diam-diam melakukannya di siang
hari.
Pernah juga waktu itu aku tidak sengaja melihat mereka melakukannya saat Fara baru
pulang sekolah. Fara mengocok penis ayahnya sambil masih mengenakan seragam SMP,
pemandangan yang sangat menggairahkan.
“Duh, sayang… kamu cantik banget pake seragam gini”
“Hihihi… kenapa Pa? Papa mau pejuin seragam Fara juga? Boleh kok…”
“Terus besok kamu pakai apa?”
“Besok kan udah kering Pa”
“Tapi apa nggak bau sayang?”
“Gak apa kok… jadi pejuin aja kalau Papa memang mau…”
Setelah sekian lama mengocok penis ayahnya, suamikupun akhirnya muncrat. Pejunya
menyemprot bertubi-tubi ke arah seragam putrinya. Baik kemeja putih maupun rok biru
itu terkena ceceran sperma ayah kandungnya!! Dan Fara menerima dengan senang hati
seragam sekolahnya dibuat kotor begitu.
“Udah Pa? lihat nih seragam Fara jadi kotor gini… Suka Pa?”
“Iya… makasih sayang… sana cepat ganti baju. Ntar ketahuan sama mama kamu”
“Oce Pa, hmm… Pa”
“Ya sayang?”
“Nanti Mama katanya mau pergi ke pasar. Kalau ntar papa mau pejuin Fara lagi boleh
kok, Papa mau Fara pakai seragam apa? Mau pejuin seragam pramuka Fara juga? boleh
kok… hihihi”
“Wah… boleh juga tuh sayang…”
“Ya udah, kita tunggu Mama pergi ya Pa…” ujar Fara. Mereka berencana berbuat mesum
lagi nanti ketika aku pergi!! Benar saja, saat aku kembali aku memang menemukan
ceceran sperma pada seragam pramuka putri kami.
Perbuatan mereka semakin hari semakin menjadi-jadi. Aku juga semakin sering
meninggalkan mereka berdua dengan berbagai alasan seperti pergi ke pasar. Sensasinya
sungguh aneh. Cemburu, tapi juga membuatku birahi. Suami dan putri kami tentunya
sedang berbuat mesum selama aku tidak di rumah. Tidak jarang bila ku pulang, aku
mendapati ceceran peju baik di ruang tamu, di atas tempat tidur Fara, bahkan di meja
makan.
Pernah juga aku melihat ada secuil peju di rambut Fara yang sepertinya luput saat
dibersihkan, Aku pikir hanya itu, tapi ternyata juga ada noda yang sama di sela bibirnya!!
Astaga!! Apa suamiku tadi menembakkan spermanya ke dalam mulut putri kami?
Sepertinya memang iya karena nafas Fara bau peju. Aku pura-pura saja tidak tahu,
bahkan membantu membersihkan noda itu dari sela birbinya.
“Kalau makan yang benar dong sayang… masa belepotan gitu” ujarku sambil tertawa.
Fara juga ikutan tertawa.
“Hihihi, Habis Papa sih ma… Ups!!”
“Papa? Papa kenapa sayang?” tanyaku.
“Eh, Itu… tadi Papa ngasih Fara es krim” jawabnya berbohong. Aku hanya tersenyum
mendengar jawaban bohongnya sambil mengusap lembut kepalanya.
“Kamu suka dikasih es krim sama Papa?”
“Suka banget…”
“Pasti enak banget yah es krim nya?”
“Enak banget mah… Fara jadi kepengen lagi”
“Kalau gitu minta aja lagi sama Papa”
“Boleh yah Ma?”
“Ya boleh dong… kamu minta yang sering yah es krimnya, minta yang banyak”
“Iya ma… ntar Fara minta lagi es krim yang banyak sama Papa, hihihi”
Sebuah tanya jawab yang aneh karena kami saling menyembunyikan sesuatu. Aku tentu
tahu apa yang dimaksudnya dengan es krim itu adalah sperma kental ayahnya.
Ternyata suamiku memang sudah mulai ngepejuin mulut putrinya sendiri. Dadaku
berdebar sangat kencang melihat pemandangan itu. Fara yang tidur terlentang di
sampingku, dikangkangi suamiku lalu ditembakkan sperma kental ayahnya ke mulutnya.
Fara menerima sperma ayahnya dengan senang hati, bahkan astaga!!
“Enak es krim papa sayang?”
“Agak bau sih, tapi enak kok.. Fara telan semua yah Pa?”
“Iya sayang…”
“Eh Pa, Mama tadi bilang agar Fara minta es krim yang banyak sama Papa lho…” kata
Fara polos.
“Mama kamu bilang gitu?”
“Iya…”
“Kalau gitu Papa turutin deh… Ntar kamu bilang ke Mama yah kalau Papa bakal kasih
kamu es krim tiap hari”
“Sip Pa… hihihi” Darahku berdesir mendengar obrolan mereka ini. Fara akan selalu
dipejuin ayahnya!! Esoknya Fara bahkan benar-benar mengatakan kalau Papa setuju
untuk ngasih dia es krim tiap hari. Aku tersenyum saja padanya seakan tidak tahu apa es
krim yang mereka maksud sebenarnya. Putri kami betul-betul jadi tempat pembuangan
peju ayahnya setelah itu.
Tapi semua itu belum cukup bagiku. Obsesiku untuk melihat suami dan anakku
bersetubuh masih belum kesampaian. Mereka belum melakukan perzinahan yang
sesungguhnya. Aku ingin suamiku ngentotin putri kami. Aku ingin suamiku
menyemprotkan pejunya tidak hanya di dalam mulut Fara, tapi juga di dalam rahimnya
hingga membuat putri kami ini hamil.
Sore ini aku kembali meninggalkan mereka berdua nonton tv dan mengintip mereka dari
jauh. Mereka duduk berpangku-pangkuan. Aku pikir mereka hanya akan sekedar duduk
mesra berduaan saja seperti biasa, tapi astaga!! Ku lihat suamiku mengeluarkan
penisnya, setelah itu suamiku juga menyelipkan penisnya ke balik rok pendek Fara.
“Papa ngapain? Kok burungnya dikeluarin sih Pa?” tanya Fara berbisik.
“Gak ngapa-ngapain kok… Gak boleh sayang?”
“Iya, boleh kok. Tapi ngeganjal nih…”
Fara lalu membiarkan ayahnya menggesek-gesekkan penisnya ke selangkangannya.
Sepertinya Fara juga sangat menikmatinya, ia bahkan ikut memaju-mundurkan
pinggulnya seirama goyangan pinggul ayahnya.
“Fara, udah mau malam, buruan mandi gih…” kataku tiba-tiba muncul di hadapan
mereka. Ayah dan anak itu tentu saja terkejut bukan main karena kedatanganku.
Terlebih suamiku karena penisnya ada di balik rok Fara saat ini. Namun aku pura-pura
tidak mengetahuinya.
“Iya ma… bentar lagi” jawab Fara yang lebih terlihat santai.
“Kenapa bentar lagi sih? buruan dong… manja banget sama Papa kamu. Atau kamu mau
mandi bareng sama Papa? Pa, mandiin anakmu gih…” suruhku pada suamiku. Setahuku
mereka belum pernah sama-sama telanjang bulat, jadi ini kesempatanku untuk lebih
mendekatkan mereka.
“Mandiin Fara mah?” tanya suamiku.
“Iya, kamu mau kan Fara dimandiin Papamu?”
“Nghhh… Mau deh Ma” jawab Fara tidak lagi menolak.
“Tuh Pa, dia mau tuh. Buruan gih, ntar keburu malam. Fara, ajak papa kamu mandi
bareng dong…” suruhku pada Fara.
“Pa, mandi bareng yuk… Kan udah lama Fara gak mandi bareng Papa” pinta Fara manja.
Suamiku tidak langsung menjawab. Mungkin dia ragu.
“I-iya deh” setuju suamiku akhirnya.
Merekapun setuju untuk mandi bersama. Setelah aku meninggalkan mereka lagi, Fara
lalu bangkit dan berjalan ke kamar mandi kemudian disusul ayahnya. Aku sangat
bersemangat menantikan mereka bakal sama-sama telanjang di dalam ruangan yang
sempit. Aku harap suamiku jadi terangsang berat di dalam sana.
“Pa, mandiin Fara yang bersih yah…” teriakku pada suamiku dari balik pintu kamar
mandi.
“Iya ma”
“Fara, kamu jangan nakal di dalam. Ntar gak dikasih es krim lagi lho” kataku kini pada
Fara.
“Paling Papa yang nakal ma, hihihi” jawab Fara sambil tertawa.
Terdengar suara air tidak lama kemudian. Sepertinya mereka sudah mulai saling
membilas dan menyabuni badan satu sama lain. Aku berusaha mencuri dengar apa yang
mereka obrolkan di dalam. Fara sesekali tertawa geli cekikikan, mungkin karena geli
karena badannya diusap-usap Papanya.
“Geli pa… jangan diremas-remas dong…”
“Ssstt… kamu ini kencang banget suaranya!!”
“Ups, sorry. Geli pa.. jangan diremas-remas gitu dong susu Fara…”
“Cuma ngebersihin kok sayang…”
“Tapi kan geli… ntar burung Papa aku remas juga lho biar keluar lagi es krimnya”
“Dasar kamu nakal. Kamu dengar kan tadi mama bilang jangan nakal?”
“Hihihi, iya yah… tapi kan Mama gak ngelihat Pa”
“Terus? Kamu mau kita nakal-nakalan sekarang?”
“Aku mau aja, emang Papa gak mau nakalin Fara?”
“Mau kok… ya udah nih Papa nakalin…”
“Ih… Pa, ngapain? kok burungnya diselipin di sana sih?”
“Iya sayang… Papa mau nyabunin sela-sela paha kamu pakai burung Papa”
Setelah itu hanya desahan-desahan saja yang terdengar samar-samar. Aku yang
mendengar dari sini juga ikut-ikutan horni karenanya. Suamiku sedang menggesek-
gesekan penisnya di antara paha Fara!! Ingin sekali rasanya aku melihat langsung apa
yang mereka lakukan, tapi aku tidak bisa karena tidak ada celah.
Setelah itu barulah mereka mandi seperti biasa meskipun masih juga terdengar sesekali
Fara cekikikan geli.
“Asik yah mandinya? Lama banget?” tanyaku pada mereka saat keluar dari kamar mandi.
“Tau tuh Papa” jawab Fara cuek.
Tampak hanya suamiku saja yang mengenakan handuk, sedangkan Fara dengan
santainya berjalan telanjang bulat ke kamarnya.
“Pa,” panggilku pada suamiku.
“Iya ma?”
“Pakein Fara baju gih sekalian”
“Hah?”
***