Obsesi Nakal Seorang Ibu Pada Putrinya Part 4

“Kamu ini, buka baju itu di dalam kamar mandi, jangan di luar gitu…” protes suamiku
jaim.
Pernah juga saat itu Fara kelupaan mengajak Papanya, diapun keluar dari kamar mandi
basah-basah telanjang bulat, lalu menyeret Papanya ke dalam kamar mandi. Sungguh
pemandangan yang ganjil!! Aku tidak tahu apakah Fara berbuat itu karena
kepolosannya, namun dia terlihat seakan menikmati ketelanjangannya itu.
Saat berangkat sekolahpun dia kini tidak hanya mencium pipi ayahnya, tapi sudah mulai
mencium bibir seperti waktu dia TK dulu. Omongannya, bahasa tubuhnya, kini terlihat
lebih nakal dan menggemaskan bagi kaum lelaki. Aku tidak tahu apakah ini pengaruh
dari video porno yang ku berikan. Tapi yang jelas Fara menjadi seperti ini, itu semua
gara-gara aku, ibunya.
Suamiku memang belum menyetubuhi Fara, tapi dia sudah memperlakukan anak
gadisnya itu bagaikan ‘mainan seks’. Hasrat seksnya yang dia pendam selama ini karena
tidak ku layani, dia lepaskan semuanya pada anak gadisnya. Begitupun halnya dengan
Fara, dia semakin hari juga semakin sempurna mengabdikan dirinya sebagai ‘mainan’
sang ayah, baik saat akan tidur, mandi, maupun saat mereka ku tinggal berduaan
dimanapun itu.
Sore itu aku mengintip lagi apa yang mereka lakukan setelah mandi sore. Mereka
bukannya handukan di kamar mandi namun malah di dalam kamar Fara. Itupun setelah
ku lihat suamiku lebih seperti membelai Fara dibanding menghanduki.
“Kenapa Pa? kok berhenti?” tanya Fara melihat Papanya berhenti membelai, padahal
tubuhnya masih sangat basah. Tapi aku rasa Fara bertanya seperti iu bukan karena
tubuhnya belum kering, namun karena dia ingin terus dibelai sang ayah.
“Papa mau buang peju lagi?” tanya Fara lagi menebak.
“Iya, boleh kan sayang?”
“Boleh kok Pa, boleh banget malah” jawab Fara riang.
Suamiku tersenyum. Dia kemudian bangkit lalu mencium bibir Fara. Ini bukan sekedar
ciuman ayah dan anak, tapi sudah ciuman sepasang kekasih karena ternyata mereka
berciuman menggunakan lidah!! Tubuh telanjang mereka yang masih basah menempel
berhadap-hadapan, menimbulkan suara decakan karena kulit basah mereka yang
beradu.
Entah siapa yang memulai, mereka kini sama-sama terjatuh ke atas ranjang. Mereka
melanjutkan aksi cium-ciuman itu di sana, saling bergumul dan meraba tubuh. Membuat
ranjang putrinya itu jadi ikut-ikutan basah. Sungguh pemandangan yang panas dan
erotis!! Suamiku terlihat lebih bernafsu menjamah tubuh putrinya dibandingkan
menjamah tubuhku, istrinya sendiri.
Suamiku tampak begitu bernafsu, mungkin karena dia sudah menahan nafsunya sekian
lama. Fara yang dijilati dan diciumi ayahnya malah tertawa geli cekikikan.
“Aw… Pa geli… hihihi” pinta Fara manja sambil ketawa-ketawa. Namun yang ada itu
malah membuat suamiku semakin bernafsu.
“Pa… stop dulu… Pah…” pinta Fara, tapi suamiku tetap saja lanjut.
“Pa.. geli, Ngh.. stop.. dulu” setelah berkali-kali memohon untuk berhenti barulah
akhirnya suamiku menghentikan aktifitasnya.
“Maaf sayang, Papa gak kuat. Tapi kenapa kok suruh berhenti?” tanya suamiku terengahengah menahan nafsunya.
“Katanya mau ngeluarin peju, kok malah jilat-jilatin Fara sih?” tanya Fara.
“Itu juga cara biar Papa bisa keluar pejunya…”
“Oh… tapi jangan lama-lama Pa, ntar ketahuan Mamah” Fara lalu bangkit dari pelukan
ayahnya, dia lalu menuju lemari dan mengambil sepotong celana dalam.
“Pakein dulu Pa…” kata Fara sambil menyerahkan celana dalam itu.
“Baru lagi ya sayang?” tanya suamiku memperhatikan celana dalam berenda yang ada di
genggamannya.
“Iya Pa, bagus kan?”
“Bagus kok”
Suamikupun memakaikan celana dalam itu tanpa mengelap badan anaknya dulu.
Setelah celana dalam berenda itu menempel di pinggul Fara, yang ada itu malah
membuat nafsu suamiku semakin menjadi-jadi. Bagaimana tidak? tubuh remaja anak
gadisnya yang masih sangat basah hanya dibalut celana dalam. Celana dalam itupun
menjadi transparan karena basah sehingga memperlihatkan belahan vagina Fara.
“Duh… Pa… kok diciumi lagi sih?” rengek Fara manja. Tapi kali ini suamiku sepertinya
tidak peduli lagi dengan rengekan anaknya. Dia terus saja menjamah tubuh putrinya.
Seorang pria dewasa yang telanjang bulat sedang menggerayangi tubuh remaja 14 tahun
yang hanya mengenakan celana dalam di atas ranjangnya sendiri, yang mana tubuh
mereka masih sama-sama basah.
Setelah beberapa lama, mereka duduk berhadap-hadapan di tepi ranjang. Fara duduk di
paha ayahnya. Mereka masih tetap berciuman dengan posisi itu. Mulut mereka seperti
tidak ingin lepas, lidah mereka terus saja saling membelit. Mereka juga saling menjilati
wajah satu sama lain. Wajah Fara terlhat mengkilap karena dijilat-jilat sang ayah,
begitupun wajah suamiku yang dijilat-jilat putriku.
“Sssh… Pa…” Fara merintih memanggil ayahnya. Dia tidak berusaha melepaskan diri
sama sekali meskipun gerakan ayahnya semakin cabul. Malah dia juga ikut-ikutan
menggoyangkan pinggulnya seirama gerakan pinggul ayahnya!! Mereka seperti masih
menahan-nahan diri agar jangan sampai bersenggama, tapi tubuh mereka jelas
menginginkan itu.
“Ngghhh… Pa, sakit… hati-hati dong…”
“Maaf sayang, Papa gak sengaja”
Aku yakin kalau kepala penis suamiku baru saja masuk ke dalam vagina putrinya, tapi
sepertinya dikeluarkan lagi olehnya karena mendengar rintihan Fara barusan. Ku lihat
dengan seksama kalau penis itu kembali bergesekkan dengan vagina Fara, tapi
kemudian terlihat menghilang lagi yang disertai rintihan putrinya, “Pa…
“Ih… Papa!! Kok gak sengajanya sering amat sih?” tanya Fara. Suamiku tidak menjawab,
dia hanya mengajak putrinya berciuman lagi sambil terus melanjutkan aksi menggesekgeseknya. Dia sudah sangat bernafsu.
Setelah beberapa kali gesek-masuk gesek-masuk, ku lihat kepala penis suamiku kembali
hilang, namun kali ini tidak keluar lagi. Fara walaupun terlihat sangat kesakitan tapi dia
tetap membiarkan penis ayahnya di dalam tubuhnya. Mereka bersetubuh!! Suami dan
putriku bersetubuh!! Tubuhku panas dingin menyaksikannya.
Namun…
“Dugh!! Kreekkk…” Aduh…!! Aku yang terlalu semangat dan penasaran membuat
tumpuanku goyah. Akupun terjatuh, sehingga pintu tempat aku bersembunyi jadi
terdorong terbuka. Terang saja mereka kaget bukan main melihat kedatanganku. Fara ku
lihat langsung melepaskan diri dari pangkuan ayahnya lalu membetulkan celana
dalamnya.
“Mama??” kata mereka hampir serentak. Duh… rencanaku untuk mengintip mereka
bersetubuh diam-diam gagal!! Namun aku berusaha mengontrol diri karena akulah yang
punya kendali saat ini. Aku tidak ingin seakan-akan akulah yang tertangkap basah
sedang mengintip.
“Ohh… jadi ini ya yang dilakukan ayah dan anak gadisnya tiap selesai mandi?” tanyaku
pura-pura seakan baru tahu kelakuan mereka.
“B-bukan Ma… i-ini…” suamiku tampak sangat panik, dia tentunya tidak menyangka
benar-benar ketahuan olehku, namun Fara terlihat lebih santai meskipun juga ikut diam.
Tampak jelas raut wajah horni mereka berdua yang betul-betul merasa tanggung karena
aksi cabul mereka tiba-tiba terhenti.
“Apa? sudah jelas-jelas aku melihat kamu menyetubuhi putrimu sendiri Mas” tuduhku
lagi.
“Bu-bukan!!”
“Terus kalau bukan, apa dong namanya?”
Suamiku terdiam, aku yakin dia tidak bisa mengelak setelah tertangkap basah olehku.
“Maaf Ma, a-aku… aku tidak tahan” kata suamiku akhirnya.
“Sudah tidak tahan?”
“Iya… Maaf Ma… Maaf…”
“Baiklah aku maafkan, tapi ada syaratnya”
“Syarat? Apa itu Ma?”
Aku tersenyum sebentar sebelum berkata, “Aku ingin melihat kalian bersetubuh”
“Hah?” suamiku terkejut bukan main.
“Iya, aku ingin melihat kamu ngentot dengan Fara”
“Tapi Ma…”
“Kenapa Pa? Kalian belum selesai kan? lanjutin gih… Sudah terlanjur terjadi juga, jadi
cepat selesaikan. Setubuhi Fara”
Suamiku diam sejenak. Dia tampaknya masih tidak percaya dengan apa yang baru ku
katakan. Mungkin saja kalau dia tadi memang benar-benar tidak sengaja meskipun dia
sudah sangat bernafsu. Entahlah, namun apapun itu aku ingin melihat mereka
bersetubuh sekarang.
“Tapi… apa itu tidak apa-apa? dia putriku sendiri, lagian dia masih 14 tahun” ujarnya
kemudian masih berusaha meyakinkan diri. Dia masih ragu. Tentu saja, karena Fara
adalah putri kami sendiri. Tapi aku yakin nafsu bisa mengalahkan segalanya.
“Sudah Pa… Gak apa-apa Pa… Lanjutin saja. Kamu pasti sudah lama punya khayalan
untuk menyetubuhi putrimu ini bukan? Tidak usah pikirkan norma-norma. Bebaskan
saja khayalan dan fantasi kamu”
“Sayang, kamu juga mau kan berzinah dengan Papa kamu?” tanyaku kini pada Fara.
“Berzinah? Berzinah itu ngentot yah Ma?” tanya Fara polos. Aku sangat senang tiap
mendengar Fara mengulangi kata-kata yang ku ajarkan ini.
“Iya… berzinah itu ngentot, kamu mau kan dizinahi sama ayah kandungmu? Mau kan
memek kamu dikontolin sama Papa?” ujarku dengan menggunakan kata-kata ‘liar’ untuk
memanaskan suasana.
“Hmm… karena Fara cinta sama Papa, Fara mau deh Ma dizinahi” jawab Fara dengan
riangnya, seakan dizinahi ayahnya merupakan bentuk pengabdian pada orangtua.
“Tuh Pa… putrimu sudah bersedia tuh untuk kamu zinahi, entotin gih… hihihi”
“Fara, kocokin dong kontol Papa… bikin ngaceng lagi” suruhku pada Fara. Tanpa perlu
disuruh dua kali Farapun mendekat ke arah Papanya. Dia lalu meraih kontol suamiku
yang tadi terlanjur menciut.
“Fara kocokin yah Pa…” kata Fara minta izin ke Papanya.
“I-iya sayang…” jawab suamiku tidak menolak. Meskipun dia tadi sempat ragu, tapi
memang tubuhnya tidak bisa berbohong untuk mendapatkan kenikmatan dari tubuh
putrinya. Fara lalu mulai mengocok, tidak butuh waktu lama untuk membuat kontol
ayahnya tegang kembali karena kocokannya. Jemari Fara yang mungil lentik mengocok
penis ayahnya dengan telaten.
“Hmm… kayakya ada yang kurang, sayang… coba masukin ke mulut kamu”
“Masukin ke mulut Ma?”
“Iya… Kontol Papa kamu masukin ke mulut kamu. Kamu belum pernah coba kan? cobain
gih… pasti ayahmu makin cinta sama kamu…” Fara tidak langsung melakukannya, dia
menatap dulu sekian lama padaku, lalu menatap ke ayahnya.
“Mau Fara emut Pa kontolnya?” kata Fara yang lagi-lagi meminta izin dahulu pada
ayahnya.
“E-emang kamu bisa?” tanya suamiku.
“Bisa kok, Fara udah pernah lihat” jawab Fara sambil melirik padaku. Tentu saja
maksudnya itu sudah pernah lihat dari film porno yang ku berikan.
“Ya sudah sayang… silahkan” setuju suamiku yang dibalas senyum manis anaknya.
Aku terpana melihat pemandangan ini. Aku yakin suamiku juga demikian. Anak gadisnya
sendiri sedang mengoral penisnya. Fara mengecup ujung kepala penis suamiku
beberapa kali, kemudian berusaha memasukkan semua penis itu ke dalam mulut
mungilnya.
“Arggghh…” Erang suamiku. Suamiku pasti merasakan sensasi nikmat yang luar biasa.
Penisnya sedang dikocok pakai mulut oleh anak gadisnya di hadapan istrinya sendiri!!
Cukup lama Fara mengemut penis ayahnya, dia terlihat sangat lihai meskipun ini yang
pertama baginya.
“Ugh… berhenti dulu sayang… Papa gak kuat” pinta suamiku setelah beberapa saat,
Farapun menghentikan aksinya.
“Kenapa berhenti sih Pa? pejuin aja mulut Fara…” kataku sambil tertawa kecil.
Mendengar hal itu Fara juga tertawa dan memasukkan penis itu sekali lagi dalam
mulutnya. Tentu saja membuat ayahnya terkejut.
“Dasar Fara, kamu nakal yah ternyata… hihihi, ayo sayang… bikin Papamu enak”
suruhku menyemangati Fara. Gerakan kepala Fara terlihat lebih cepat sekarang.
“Nghh… Fara… arggghhh” suamiku kini juga mulai memegang kepala putrinya lalu
memaju-mundurkan seperti sedang menyetubuhi mulut anaknya. Sungguh cabul!!
Gerakan pinggul suamiku semakin cepat, hingga akhirnya tubuhnya kelojotan dan
memuncrakan pejunya ke dalam mulut Fara. Putri kami terus menutup mulutnya,
mengapit penis itu dengan bibir selama peju ayahnya menyemprot memenuhi rongga
mulutnya. Dan dia melakukan itu sambil terus tersenyum pada ayahnya.
“Sayang jangan langsung telan” suruhku, Fara sedikit mengangguk.
“Sekarang kasih lihat sama Papa kamu…” suruhku lagi. Farapun membuka mulutnya
lebar-lebar dihadapan ayahnya, menunjukkan bagaimana benih-benih ayahnya yang
dulu menciptakan dirinya kini malah dia tampung di mulutnya. Karena sperma itu
sangat banyak, membuat sperma itu sebagian meluber ke dagu Fara hingga ada yang
tercecer ke buah dadanya karena tidak mampu ditampung oleh mulut Fara yang kecil.
“Gimana Pa, suka ya ngelihat Fara seperti ini? Mulut anak gadis sendiri kok dipejuin sih?
hihihi” tanyaku pada suamiku. Dia tidak menjawab, tapi aku tahu dia sangat suka.
Pemandangan gadis remaja dengan mulut penuh sperma serta sebagian tubuh
berceceran sperma seperti ini pastinya sangat menggairahkan bagi para lelaki.
“Oke sayang, sekarang telan peju Papa kamu” suruhku pada Fara, diapun menelan
sperma itu perlahan. Semua sperma itu kini perpindah ke dalam lambung putri kami.
Meskipun baru saja keluar, tapi penis suamiku hanya setengah layu. Mungkin birahinya
yang masih tinggi membuatnya demikian. Tidak butuh waktu lama untuk penis itu
kembali tegang sepenuhnya.
“Pa, Fara…” panggilku pada mereka berdua.
“Ya Ma?” jawab mereka serentak.
“Tunggu apa lagi?” tanyaku sambil tersenyum. Mereka saling pandang, suamiku yang
mengerti tanpa menunggu lagi langsung menciumi putri kami. Dia juga memainkan
jarinya ke vagina Fara tanpa melepaskan celana dalam putrinya itu terlebih dahulu. Dia
kini tidak malu lagi melakukan hal bejat pada putrinya di depan istrinya.
Suamiku lalu merebahkan Fara ke atas ranjang. Dia lalu melepaskan celana dalam
putrinya ini. Fara yang sepertinya juga sudah horni nurut-nurut saja, bahkan dia
membantu dengan mengangkat pinggulnya. Sekarang mereka sama-sama polos
kembali.
“Kamu yakin Ma tidak apa?” tanyanya padaku, ujung kepala penisnya sudah menempel
di permukaan vagina Fara.
“Jangan tanya aku, tanya Fara dong Pa…”
“Sayang, kamu yakin?”
“Iya Pa, masukin aja… Zinah… zinahi Fara…” rintih Fara yang tampak tidak tahan untuk
ditusuk-tusuk sang ayah. Suamiku yang mendengar persetujuan putrinya tanpa
menunggu lagi langsung menghujamkan kontolnya. Penis suamiku kini masuk
seutuhnya!!
“Arggghhhhhhh” jerit Fara tertahan. Tampak darah perawannya mengalir pelan. Dia baru
saja diperawani oleh ayahnya sendiri.
“Sakit… Sakit Pah…” rengek Fara merintih. Aku tahu betapa sakitnya hilangnya perawan
itu, terlebih bagi Fara karena umurnya masih 14 tahun!! Suamiku lalu mendiamkan
penisnya beberapa saat di dalam vagina Fara agar terbiasa.
“Lanjutin Pa…” ujar Fara beberapa saat kemudian, sepertinya tubuhnya sudah terbiasa
dengan benda tumpul itu. Suamiku kembali menggerakkan pinggulnya, makin lama
semakin kencang. Wajah mereka sama-sama merah padam kerena saking birahinya,
terlebih oleh suamiku. Kenyataan bahwa wanita mungil yang sedang digenjotnya saat ini
adalah darah dagingnya sendiri pastilah membuatnya semakin bernafsu.
“Gimana Pa? enak?” tanyaku pada suamiku. Dia tidak menjawab. Aku juga menanyakan
Fara pertanyaan yang sama, dan dia juga tidak dijawab.
“Dasar… kalian ini, asik berzinah ria sampai-sampai Mama dicuekin, hihihi” ujarku. Tapi
tidak masalah bagiku. Aku rela tidak tidak dihiraukan demi menyaksikan obsesiku yang
jadi kenyataan ini.
“Pa, dia itu putri kandungmu lho…” ujarku lagi menggoda suamiku. Aku ingin
membuatnya makin terangsang.
“Enak yah Pa ngentotin anak gadis sendiri?”
“Dia masih empat belas tahun lho… tapi kayaknya Fara suka tuh dizinahi sama kamu.
Entotin terus dia Pa, jangan kasih ampun”
Aku terus menerus mengata-ngatai agar suamiku semakin bertambah birahinya.
“Sayang… Papa mau keluarin peju…” erang suamiku. Tentu saja suamiku merasa ingin
cepat keluar. Udah penisnya dijepit vagina remaja yang super rapat, terus mendengar
omonganku lagi, siapa yang gak tahan coba pengen cepat-cepat ngecrot?
“Keluarin saja di dalam rahim Fara Pa, bikin putrimu… Bunting” ujarku.
“Croooottttt” suamiku sepertinya tidak kuasa mendengar kata ‘bunting’. Dia ejakulasi.
Tubuhnya mengejang dengan hebatnya. Dia menyemprotkan pejunya ke rahim putrinya.
Sangat banyak hingga meluber ke luar dari vagina Fara, turun perlahan membasahi sprei
tempat tidur anaknya ini.
“Hihihi, Papa, banyak banget sih pejunya, kamu benar-benar pengen bikin Fara bunting
yah?” ujarku menggodanya.
“Sayang, kamu pengen gak dibuntingi sama Papa?” tanyaku pada Fara, dia mengangguk.
Aku merinding membayangkan kalau Fara benar-benar sampai hamil oleh ayahnya di
usianya yang baru 14 tahun dan masih duduk di bangku SMP ini.
“Terus kalau Fara benar-benar hamil gimana Ma?” tanya Fara.
“Kamu nikah saja sama Papa. Kamu mau kan nikah sama Papa kamu?” jawabku
bercanda.
“Mmh… Mau deh” aku tertawa mendengar jawaban polosnya.
“Hihi, emang kamu mau kasih berapa anak ke Papa?” tanyaku.
“Kalau tiga gimana?”
“Boleeeh…”
Kami kemudian sama-sama diam sejenak meresapi apa yang baru saja terjadi. Suami
telah memperawani putrinya sendiri. Mas Alan juga sepertinya tidak percaya kalau
akhirnya dia telah merenggut kewanitaan Fara. Mungkin semua ini sangat melenceng
dari norma, tapi sensasi persetubuhan sedarah itu pastinya sungguh sangat luar biasa.
“Pa…” panggil Fara.
“Ya sayang?”
“Lain kali lagi yuk…”
“I-iya… kapanpun kamu mau” jawab suamiku.
“Papa juga, kapanpun Papa pengen entotin Fara, entotin aja Pa” kata Fara sambil
tersenyum.
“Mmh… Terus Mama gimana?” tanya Fara padaku.
“Mama gak apa-apa kok sayang… kamu ngentot saja yang baik sama Papa, gak usah
pikirin Mama, oke?”
“Benar Ma gak apa-apa?” tanya suamiku juga.
“Iya Pa, kalau kamu nanti mau tidur berdua di kamar Fara juga gak apa kok”
Fara dan suamiku tersenyum, merekapun berciuman lagi. Bercumbuan dan saling
menjamah di atas ranjang. Ku lihat penis suamiku tegang lagi.
“Ya, ampun… belum puas yah? Ya udah, kalian lanjutin gih main-mainnya… Mama gak
bakal ikut-ikutan sekarang. Nih kunci dulu pintunya” kataku bangkit ke luar kamar.
Sebelum menutup pintu aku berkata, “Selamat berzinah ria yah kaliannya…” ayah anak
itu hanya senyum-senyum, lalu melanjutkan lagi berciuman, melanjutkan lagi
perzinahan mereka.
Aku buru-buru menuju dapur, membuka lemari pendingin dan mengambil terong dan
timun. Aku tidak tahan untuk bermasturbasi. Ya… aku rela hanya bisa bermasturbasi,
sedangkan suamiku sedang enak-enakan menggenjot putri kandungnya sekarang.
~~
Sejak saat itu, hampir tiap hari aku melihat suami dan anakku bersetubuh. Mereka
melakukannya di berbagai tempat. Baik di kamar Fara, di kamar mandi, bahkan di
ranjang kamarku tempat aku dan suamiku biasa bersetubuh. Suara erangan dan rintihan
nikmat persetubuhan sedarah itu selalu ku dengar. Entah sudah berapa kali mereka
bersetubuh.
Obsesiku memang sudah kesampaian untuk melihat suamiku menyetubuhi putri kami
sendiri. Tapi tenyata selanjutnya aku punya ide yang lebih gila lagi. Aku ingin temanteman suamiku tahu kalau suamiku telah menyetubuhi Fara. Aku ingin suamiku
menyetubuhi Fara di depan teman-temannya, bapak-bapak tetangga kami.
“Kamu jangan gila Ma!! Masa aku menyetubuhi Fara di depan orang lain!!?” tentu saja
suamiku terkejut mendengar permintaanku. Walaupun begitu, aku dapat melihat dari
mata suamiku kalau dia juga terangsang mendengar ideku ini. Tampak ada tonjolan dari
balik celananya.
“Mereka selama ini kan juga sudah punya pikiran jorok ke Fara, kamu pasti sudah tahu
itu kan Pa?” Ya… melihat Fara bermanja-manjaan dengan Papanya saja itu sudah bisa
bikin mereka horni, aku penasaran bila mereka melihat Fara disetubuhi, apalagi oleh
Papanya sendiri.
“I-iya… tapi kan…”
“Mereka cuma boleh melihat saja kok… tidak boleh macam-macam sama Fara. Juga
mereka harus janji tidak boleh cerita sama orang lain. Lagian kita kan mau pindah rumah
Pa… jadi kita gak bakal ketemu mereka lagi” bujukku terus.
“Tapi gimana caranya? Terus kamunya?”
“Ya kamu ngaku saja kalau kamu sudah pernah bersetubuh dengan Fara. Terus mereka
pasti tidak percaya tuh, suruh liat saja. Aku bakal keluar rumah hari itu, jadi kalian bebas
pengen ngapain aja” jawabku.
“Bukannya kamu pengen lihat kami gituan di depan teman-temanku Ma?”
“Iya”
“Terus?”
“Kan sudah ku bilang kalau aku ingin membiarkan kalian bebas” jawabku. Sebenarnya
hanya dengan membayangkannya saja itu sudah cukup bagiku. “Tapi… tolong kamu
rekam saja untukku Pa, atau suruh teman-temanmu itu yang merekam” lanjutku lagi.
“Hah!!?” Suamiku tampak makin terkejut saja dengan ideku ini. Tapi aku tahu dadanya
sedang berdebar kencang memikirkan hal tersebut sekarang. Bersenggama dengan anak
gadisnya di depan orang lain sambil direkam!!
“Terus kalau nanti mereka tidak tahan gimana Ma?”
“Ya kamu jaga dong anakmu… Gimana Pa? Setuju?” tanyaku lagi. Ia lalu berpikir sangat
lama, wajar memang karena ide ini sangat gila dan beresiko.
“O-oke deh Ma…” setuju suamiku akhirnya.
Hari minggu, teman-teman suamiku datang lagi ke rumah. Mereka dan suamiku asik
ngobrol dengan tetap ada Fara di samping suamiku. Ku dengar mereka sering bertanyatanya tentang Fara pada suamiku seperti, “Faranya masih sering mandi sama Pak Alan?
Masih dipakaikan baju juga?” Tampaknya mereka masih saja penasaran dengan itu.
“Fara, mama pergi ke pasar yah… Kamu gak apa kan Mama tinggal?” kataku pamit pada
Fara.
“Gak apa kok Ma” jawabnya. Akupun meninggalkan rumah. Membayangkan anak
gadisku menjadi satu-satunya wanita di antara mereka makin membuatku birahi.
Selama di pasar dadaku selalu berdebar-debar memikirkan apa yang sedang terjadi di
rumahku. Bayangan-bayangan suami dan putri kami bersetubuh di depan bapak-bapak
itu terus memenuhi pikiranku.
“Sudah mau pulang bapak-bapak?” sapaku pada mereka.
“Eh, i-iya Bu Rina… Pamit dulu Bu…” jawab mereka agak tergagap.
“Tumben buru-buru? Ada apa?”
“Gak ada apa-apa kok Bu”
“Oh.. Ya sudah, hati-hati di jalan Pak”
Akupun masuk ke dalam rumah. Aku langsung mencari suami dan anakku. Meskipun
suamiku berkata akan merekamnya, tapi aku lebih penasaran mendengar ceritanya
langsung. Ternyata mereka ada di dalam kamar Fara, tapi astaga!!! Aku melihat tubuh
putriku penuh dengan ceceran sperma!!
“Pa…!!”
“Eh, M-mama” jawab suamiku.
“Kok Faranya penuh peju gini sih Pa!!?”
“Kamu gak apa sayang?” tanyaku pada Fara. Apa anak gadisku baru saja dipejuin ramairamai oleh mereka? Kalau benar ini tentu saja di luar dugaanku, atau mungkin mereka
juga…
“Gak apa kok Ma… Tapi Papa tuh… masa ngentotin Fara di depan om-om itu sih…”
“Ha? Dasar Papa kamu ini” ujarku pura-pura tidak tahu sambil mencubit pinggang
suamiku.
“Emang gimana ceritanya sayang?” tanyaku lagi pada Fara sambil mengambil handuk
untuk mengelap badan Fara, tapi tidak jadi ku lakukan. Soalnya Fara terlihat lebih seksi
dengan badan penuh sperma begini.
“Iya, awalnya Fara dicium-cium sama Papa… Om om itu muji-muji Fara terus Ma. Terus
Papa bilang kalau Papa pengen ngentotin Fara di depan om-om itu”
“Terus kamu bolehin?”
“Agak malu sih ma, tapi Fara bolehin juga” jawabnya.
“Terus sayang?”
“Papa suruh Om itu ngerekam Ma…”
“Om itu Mau?”
“Mau kok… terus Papa mulai telanjangi Fara Ma di depan om-om itu, tapi Ma…”
“Tapi apa sayang?”
“Waktu Papa ambil handycam ke kamar, om-om itu yang lanjutin nelanjangi Fara” lanjut
putriku. Aku bergidik membayangkan bagaimana putriku ditelanjangi oleh bapak-bapak
itu. Seorang gadis belia yang cantik jelita, membiarkan dirinya ditelanjangi oleh pria-pria
berumur. Jantungku makin berdetak cepat.
“Kamu ditelanjangi sampai bugil?”
“Iya Ma… Papa sih lama, Om om itu deh yang bantuin”
“Kamu ini gimana sih Pa? kok orang lain sih yang telanjangi Fara?” tanyaku pada
suamiku.
“Aku juga gak tahu Ma, waktu aku balik dari kamar, ternyata Fara lagi ditelanjangi
mereka” ujar suamiku. Ya sudahlah kalau begitu, menurutku tidak masalah. Toh cuma
ditelanjangi, paling digerepe-gerepe ‘sedikit’.
“Terus sayang?”
“Mereka mulai merekam Ma, Fara disuruh hisap kontol Papa sambil liat ke kamera yang
dipegang om itu Ma… ya Fara ikutin” jawab Fara enteng dengan lugunya.
Membayangkan putriku yang cantik telanjang sendirian diantara pria-pria disana,
bahkan mengulum penis ayahnya sungguh membuat dadaku berdebar. Aku tidak
menyangka hanya mendengar ceritanya saja bisa membuatku sangat horni.
“Terus?”
“Fara dientotin sama Papa Ma di ruang tamu… Om itu terus aja muji Fara. Eh, Papa
bilang silahkan aja kalau mereka mau ngocok. Mereka ngocok deh Ma sambil liat Fara
dientotin sama Papa” terang Fara.
“Terus Papa kamu keluarin pejunya dimana sayang?”
“Di dalam Ma… banyak banget”
“Enak ya Pa ngentot di depan orang lain? hihihi” tanyaku pada suamiku, dia hanya
tersenyum nyengir.
“Udah? gitu aja?”
“Belum selesai Ma…” kata Fara.
“Belum selesai?”
“Iya Ma, soalnya om-om itu bilang gini Ma… Faranya gak di anal sekalian Pak?” kata Fara
berusaha menirukan gaya bicara bapak-bapak itu.
“Anal?” tanyaku terkejut, “Fara nya kamu analin Pa?” tanyaku lagi pada suamiku. Aku
tentu saja tidak menyangka kalau Fara bakal dianal.
“Iya Ma, Fara nya mau kok, katanya dia juga penasaran”
“Beneran sayang? Kamu gak dipaksa kan sama Papa? Emang gak sakit?” tanyaku pada
Fara.
“Sakit sih Ma… Tapi gak dipaksa kok Ma…”
“Oh…”
“Terus om-om itu pengen Fara pake seragam sekolah Ma…” lanjut Fara.
“Ha? Kamu dianal sambil pake seragam??”
“Awalnya sih iya Ma… tapi lama-lama kancing kemeja Fara mulai dibukain satu-satu,
terus cuma pake rok aja, terus Fara bugil lagi” terang Fara. Aku hanya bisa geleng-geleng
kepala. Sungguh mesum, Fara dicabuli beramai-ramai dengan seragam sekolah SMP nya.
Ini melebihi khayalanku, juga khayalan suamiku tentunya.
“Terus sayang?”
“Terus mereka tumpahin pejunya ke seragam Fara Ma, Papa juga. Basah deh seragam
Fara kena peju… lihat tuh Ma” kata Fara sambil menunjuk ke sudut ruangan, ada
seragam SMP nya Fara yang berlumuran cairan putih kental di sana.
“Udahan? Terus peju di badan kamu ini?”
“Iya… terus kan kami istrihat. Fara mandi sama Papa”
“Mereka gak ikut mandiin kamu kan sayang?”
“Gak Ma, gak boleh sama Papa. Tapi mereka bantu handukin Fara”
“Bantu handukin kamu?”
“Iya… Mereka juga ambil foto-foto Fara sambil handukin. Terus katanya mereka nafsu
lagi, mereka bilang pengen ngentotin Fara Ma, mereka pengen genjotin memek Fara…”
“Kamu bolehin!!??”
“Nggak, Fara maunya cuma sama Papa aja”
“Oh…” bagus deh.
“Jadinya mereka ngocok deh Ma sambil pegang-pegang Fara, gak apa kan Ma kalau
cuma dipegang-pegang? Habisnya enak sih… hihihi”
“Dasar kamu. Iya gak apa, terus mereka tumpahin ke badan kamu?”
“Iya Ma… mereka tembakin peju mereka ke Fara. Kotor lagi badan Fara Ma, padahal Fara
baru mandi” ujar Fara santai sambil membuka lebar tangannya, menunjukkan ceceran
sperma yang mulai mengering di sekujur tubuhnya. Memang bukan bau sabun yang
tercium dari tubuhnya, tapi bau peju yang pekat.
“Masa kamu biarin aja sih Pa? Kalau Fara nya diperkosa gimana coba?” tanyaku pada
suamiku.
“Aku juga gak mau Ma sebenarnya… Waktu itu aku sedang menerima telpon dari bos”
jawab suamiku beralasan.
“Jadi kamu cuma bisa ngelihatin anakmu dipejuin orang lain?”
“Mau gimana lagi Ma, tidak mungkin aku menyela omongan Bos” ujar suamiku,
tampaknya dia berkata jujur.
“Ya sudah Pa, gimana lagi”
“Tapi itu tandanya om om itu cinta sama Fara kan Ma?” tanya Fara polos.
“Iya… Om itu cinta sama kamu, hati-hati lho ntar kalau istri mereka tahu kamu bakal
dimarahi, hihihi” ujarku, Fara nya malah cekikikan sambil meletakkan telunjuk di
bibirnya, tanda agar jangan memberi tahu mereka. Sungguh nakal dan menggemaskan
tingkah putri kami ini.
“Eh Ma… Tapi kontol om-om itu gede gede lho Ma, apalagi punya Om Rudi. Punya Papa
aja kalah Ma… Fara jadi ngebayangin kalau masuk ke memek Fara gimana” kata Fara
kemudian. Aku terkejut bukan main mendengarnya, demikian juga suamiku. Fara jadi
keterusan!! Ku lihat raut wajah cemburu dari suamiku karena punyanya dibandingkan
dengan punya bapak-bapak tetangga oleh putrinya sendiri.
“Dasar kamu nakal, emangnya kamu mau memek kamu dimasuki kontol Om Rudi?”
godaku yang sepertinya malah membuat suamiku makin cemburu.
“Mmmh… Yang boleh masuk ke memek Fara cuma punya Papa sih Ma, tapi…”
“Tapi apa?”
“Tapi kalau Papa kasih izin… Fara gak nolak kok” katanya melirik nakal pada ayahnya.
Makin terkejut aku dan suamiku mendengarnya. Perkataannya sungguh bikin aku gemas.
Polos dan lugu tapi ternyata putriku ini ‘nakal’ juga. Aku kini jadi ikut-ikutan tertarik
membayangkan putriku disetubuhi oleh bapak tetangga itu.
“Mama sih terserah Papa aja. Kalau Papa kasih izin Mama setuju aja kamu dimasukin
kontol om-om tetangga kita itu” ujarku. Aku ingin tahu bagaimana respon suamiku.
Farapun benar-benar meminta izin pada ayahnya.
“Gimana Pa? Boleh gak memek anak Papa dimasukin kontol Om Rudi? Papa rela gak?”
tanyanya. Sungguh pertanyaan yang pastinya makin membuat perasaan suamiku tidak
karuan. Suamiku tampak lama diam berpikir. Sepertinya dia juga penasaran!! Apa yang
akan kau jawab mas? Apa kamu rela putrimu bersetubuh dengan orang lain?
“Papa gak tahu, lihat nanti saja deh” cuma itu yang dikatakan suamiku. Diapun pergi ke
kamarnya. Ya sudah, tapi kok Fara nya…
“Sayaaang!!! Kamu kok langsung tiduran gitu sih?” tanyaku pada Fara karena dia
seenaknya langsung tiduran di atas ranjang. Padahal ceceran sperma dibadannya masih
belum dibersihkan.
“Ngantuk Ma… capeeeek” jawab Fara santai. Aku paham dia pasti capek, tapi kan…
“Iya Mama tahu, tapi bersihkan dulu dong badannya… Lihat tuh jadi kotor gitu spreinya”
suruhku lagi, tapi dia tetap tidak menghiraukan. Tetap saja berbaring memeluk guling
dengan nyamannya. Dasar Fara… Apa dia tidak risih badannya lengket-lengket begitu?
“Bandel banget sih… Ya sudah kamu tidur dulu bentar, tapi ntar jangan lupa bersihbersih” kataku mengalah. Akupun membiarkan Fara tertidur dengan badan masih
berlumuran peju!! Bisa-bisanya putriku ini tidur dengan nyenyaknya dengan kondisi
seperti itu, pemandangan yang sangat ganjil. Aku lalu keluar dari kamarnya yang penuh
bau peju ini.
~~
Beberapa hari berlalu, tiap sore tetangga teman-teman suamiku ini selalu main ke
rumah. Tentu saja aku tahu maksud tujuan kedatangan mereka yang sebenarnya.
Namun mereka tidak berani berbuat macam-macam pada Fara karena ada aku di rumah.
Paling jauh mereka hanya punya kesempatan meraba Fara sebentar saja.

“Sayang…” panggil suamiku pada Fara hari itu.
“Ya Pa?”
“Papa mau bilang sesuatu sama kamu”
“Hmm? Mau bilang apa Pa?”
“Anu… tentang yang kamu bilang waktu itu”
“Yang waktu itu yang mana sih Pa?”
“Itu… Yang katanya kamu pengen cobain kontol Om Rudi”
“Oh yang itu… Kenapa Pa? Papa pengen Fara ngentot sama Om Rudi? Kapan Pa?”
”…”
“Gimana Pa? Papa pengen lihat Fara ngentot-ngentotan sama orang lain ya? Papa rela?”
“Tidak!! Papa tidak rela. Papa tidak mau kamu disetubuhi sama orang lain!!” ujar
suamiku. Aku tidak menyangka suamiku berkata demikian. Sesaat aku tadi berpikir
kalau dia akan merelakan putrinya dientotin teman-temannya. Keraguannya lenyap, dia
kini tampak benar-benar yakin kalau Fara cuma miliknya.
“Papa cuma mau kamu milik Papa. Cuma Papa yang boleh ngentotin kamu” lanjutnya.
”…”
“Pa…” panggil Fara, dia terlihat tersenyum.
”… Fara juga gak rela kok”
“Sayang…?”
“Iya… Fara juga gak rela kalau dientotin sama selain Papa. Fara juga maunya cuma sama
Papa aja. Papa cemburu ya waktu itu? Hihihi, maaf yah Pa…”
“Tentu saja Papa cemburu sayang. Kamu itu milik Papa, masak Papa kasih ke orang”
Senyum manis Fara mengembang mendengar perkataan ayahnya ini.
“Makasih Pa… Fara jadi yakin kalau Papa benar-benar cinta sama Fara… sama kayak
Fara cinta sama Papa”
“Jadi… jadi kamu sengaja ya bikin Papa cemburu?”
“Iya Pa, maaf ya… hihihi” ujar Fara sambil memeluk Papanya.
“Dasar kamu memang nakal”
Aku terpana melihat adegan ini. Sungguh manis. Sepertinya cinta suamiku terhadap
putrinya jauh lebih besar dibandingkan cintanya padaku, tapi tidak masalah. Ini
memang keinginanku. Ini memang obsesiku. Karena memang seharusnya seorang ayah
adalah cinta pertama dan cinta sejati bagi anak gadisnya, bukan begitu?
“Pa…” Panggil Fara.
“Ya sayang?’
“Berzinah lagi yuk…” pinta Fara dengan senyum manis.
“Kamu pengen Papa genjotin lagi?”
“Iya Pa… sampai bunting kalau boleh”
“Dasar kamu nakal, boleh kok”
“Boleh kan Ma?” tanya Fara padaku. Aku tersenyum mengangguk. Akupun meninggalkan
mereka berduaan. Membiarkan mereka saling membagi cinta mereka.
Kamipun pindah rumah dua minggu kemudian. Untung saja, kalau tidak, mungkin lamalama Fara benar akan disetubuhi oleh tetangga kami. Putri dan suamiku kini betul-betul
menjadi kekasih sejati. Saling mencintai lebih dari sekedar ayah dan anak. Hubungan
sedarah mereka tentu saja sangat tabu, tapi cinta dan nafsu mengalahkan segalanya.
“Sayang…” panggilku pada putriku.
“Ya Ma?”
“Ini Mama baru beliin celana dalam lagi. Suruh Papamu pakein gih” kataku sambil
menyerahkan bungkusan plastik berisi beberapa helai pakaian dalam.
“Makasih Ma… Pa, lihat nih… baru lagi lho… Ih, ada empat helai Pa, lucu-lucu” kata Fara
menunjukkan bungkusan celana dalam itu pada Papanya.
“Pa… Mandi bareng yuk Pa… Habis itu handukin Fara” ujar Fara manja.
“Iya iya… Terus habis itu?” tanya suamiku.
“Habis itu cobain celana dalam”
“Terus, habis itu?”
“Ngentot sama Papa sampai malam”
^.^ SELESAI ^.^
LANJUT BAGIAN BERIKUTNYA