MAKING INCEST FAMILY PART 3

Mama Nia
Pagi di hari sabtu ini terasa begitu dingin di kota bandung ini. Aku terbangun dan
mengecek jam wekerku dan ternyata sudah pukul 8 pagi, tidak biasanya aku bangun jam
segini, mungkin efek hawa dingin yang membuatku begitu nyaman berada dibalik
selimut.
Bangun tidur seperti biasa, aku cek hp terlebih dahulu, mengecek semua sosmedku, kali
aja ada yang penting dan ternyata tidak ada. Hanya ada beberapa pesan dari cindy dan
beberapa pesan dari teman – temanku.
• Whatsapps Messenger •
Cindy: “Sayang…” (06:30)
Cindy: “Udah bangun belom?” (06:35)
Cindy: “Kemaren temenku pake iphone terbaru lho, bagusss bangettt?” (07:00)
Cindy: “Nanti sore ke mall yuk, pengen liat – liat hihi?” (07:03)
Ah ada maunya dia, aku pun balas chat cindy.
Aku: “Aku lagi gak bisa yang.. Nanti aku mau anter mama ke salon.. Lagian uang jajanku
lagi tipis nih” (08:05)
Cindy: “Oh, yaudah deh kalo gitu?” (08:06)
Haha ngambek sepertinya dia, kubiarkan saja lah, toh dia pasti yang rugi jika kudiamkan.
Aku tau aku ini memang sering dimanfaatkan oleh cindy untuk membelikannya
kebutuhannya. Namun makin kesini kok keliatannya makin mahal aja keinginannya,
apalagi sekarang minta hp baru, padahal tahun lalu aku kasih hp terbaru juga untuk
hadiah ulang tahunnya.
Aku sebenarnya sanggup – sanggup aja membelikannya lagi. Aku memang memiliki uang
yang cukup kalo hanya sekedar membelikannya hp itu, karena memang aku sebagai
owner perusahaan peninggalan papaku yang sekarang diurus dulu oleh mama dan orang
– orang kepercayaan papa.
Aku hanya tidak ingin selalu menuruti keinginan cindy, karena nanti dia akan terus
melunjak jika selalu dituruti. Kalo hanya sekedar barang yang menurutku dia perlukan
baru aku akan turuti, toh aku juga gk rugi bisa menikmati tubuhnya sesukaku.
Setelah mengecek hp, aku pun bergegas le kamar mandi. Seperti biasa cuci muka lalu
gosok gigi, tak lupa boker dipagi hari dulu yang sudah menjadi kebiasaanku. Setelah itu
akupun beranjak ke lantai bawah.
Aku berjalan ke arah dapur untuk minum karena haus, ternyata disana mamaku sedang
memasak, entah memasak apa. Haduh lagi – lagi pakaiannya sangat menggoda, mamaku
kali ini memakai bra sport dan celana legging yg membuat lekuk tubuh indahnya terlihat
jelas. Pantatnya yg bulat seakan minta untuk di remas, perutnya yg ramping tanpa lemak
semakin menambah keindahan tubuhnya, apalagi dadanya yg menurutku sangat
proporsional ukurannya terlihat membusung.
Aku pun berjalan kearah sambil terus memperhatikan lekuk tubuhnya. Nekat aku
memeluk tubuh mamaku dari belakang, kulingkarkan tanganku di perutnya, ku
hembuskan nafas ku di lehernya dan kuberanikan menempelkan selangkanganku di
pantat mamaku.
Mamaku nampak terkejut dengan aksiku, mungkin dia merasa kaget ketika sesuatu yg
besar dan panjang menonjol menyeruduk pantat bulatnya, apalagi ketika ku hembuskan
nafasku di leher atau belakang telinga sehingga ia menggelinjang kecil seakan kegelian.
“Mama lagi masak apa sihh?” tanyaku
Kuteruskan aksiku dengan menggesekan selangkanganku secara pelan dan senatural
mungkin ke bongkahan pantat bulat mamaku. Sungguh mamaku sangat menggairahkan
dengan pakaian seperti ini, apalagi kulitnya terlihat mengkilap oleh keringat, mungkin
mamaku baru saja selesai berolahraga.
“Mpphhh… Mama lagi masak omelet keju” Ucapnya dibarengi desahan yg begitu pelan
Aku pun lanjut mengobrol beberapa hal dengan mamaku sembari terus memeluk
mamaku dan terus melanjutkan aksiku se natural mungkin, agar dia beranggapan bahwa
yg kulakukan bukan disengaja, ya aku tidak mau terburu – buru mendapatkan mamaku,
karena mamaku ini spesial jadi harus kulakukan dengan cara spesial pula.
Tak berselang lama akupun melepaskan pelukanku, aku sengaja tak mau berlama – lama
karena takut mamaku curiga dengan perbuatanku. Meskipun dia nampaknya menikmati
perbuatanku, mungkin karena setau ku sudah lama dia tidak disentuh lelaki.
Aku pun beranjak ke meja makan, menunggu sarapan pagi yg sedang dibuat mamaku.
Tak lama mamaku membawa dua porsi omelet keju dan dua gelas susu segar sebagai
menu sarapan pagi kita hari ini. Aku dan mamaku pun dengan diselingi beberapa
pembicaraan, bersikap normal seolah hal yg terjadi tadi di dapur adalah hal wajar.
30 menit setelah sarapan, aku pun lantas menuju ke ruang gym pribadi, disana aku mulai
berolahraga, dari olahraga ringan lalu menuju olahraga berat. Aku secara rutin
berolahraga setiap hari, namun biasanya jika dihari sekolah aku hanya melakukan
olahraga ringan saja, berbeda dengan hari weekend aku selalu olahraga berat juga agar
bentuk badanku terus terjaga.
Setelah berolahraga sekitar 1 jam, aku pun menuju garasi untuk memanaskan beberapa
kendaraan. Aku adalah orang yg hobby bermotor maka daripada itu aku pun memiliki
beberapa motor koleksiku, ada bmw s1000rr kesayanganku, honda cbr 250 full modif
dan juga ada vespa matic.
Di bandung ini memang lebih enak bermotor dari pada menaiki mobil, apalagi udara
bandung sejuk. Mobil dirumahku hanya ada dua saja, yaitu mobil mini cooper mamaku
dan mobil bmw 3 series milikku yg sangat jarang dipakai.
Setelah memanaskan kendaraan, aku pun bergegas ke kamar mandi untuk segera
mandi, tidak enak juga badan terasa begitu lengket setelah berolahraga. Selesai mandi
akupun berpakaian santai saja karena hanya akan berdiam diri dirumah.
Setiap hari weekend, aku dan mamaku selalu menghabiskan waktu di ruang keluarga,
rebahan sambil menonton beberapa acara tv luar negeri, seperti halnya hari ini. Mamaku
juga memakai pakaian santai, celana hot pants dipadu kaos longgar.
Aku dan mamaku memang sangat dekat, bahkan sering kita dikira sepasang kekasih oleh
orang lain. Meskipun mamaku sudah berumur 36 thn namun wajahnya dan tubuhnya
msh seperti perempuan seusia ku, maklum mamaku sering merawat tubuhnya dengan
baik dan tentunya berolahraga secara teratur juga.
Mamaku ini merupakan wanita yg cukup rapuh, maka dari itu aku selalu bertekad
menjaganya selalu. Aku tidak ingin satu – satunya keluargaku ini kenapa – napa. Oh iya
aku dan mamaku ini benar – benar tidak memilik keluarga dekat lainnya di kota ini. Baik
dari keluarga papa maupun mama sudah lama sekali tidak bersilaturahmi, mungkin
terakhir ketika aku sd.
Aku dan mamaku kini terlibat obrolan di sofa ruang keluarga, tentunya sambil menonton
tv, mamaku ini seleranya msh seperti anak muda, suka dengan drama korea. Aku kini
berbaring tiduran berbantalkan paha mamaku, kutatap terus wajahnya sambil kita terus
mengobrol.
Tangannya mengusap – usap rambutku, di elus – elus wajahku. Aku terlena oleh
perlakuan mamaku, sangat terasa kasih sayang yg dia curahkan dalam setiap
gerakannya. Aku hanya bisa membalasnya dengan memegang tangannya lalu ku kecup
punggung tangannya dengan penuh kasing sayang dan cinta.
“Mam.. Nanti sore ke salon lagi kan?” tanyaku
“Benny anterin ya mam..” ucapku kembali sebelum sempat mamaku menjawab
“Iya, terserah kamu aja. Emang kamu gk main sama pacarmu atau temanmu?” balasnya,
suaranya terdengar sangat menyejukan hatiku
“Enggak mam, mending nemenin mama aja. Benny mau jagain mama” ucapku sambil
menatap matanya
“Kamu emang anak mama paling hebat. Mama sayang sama benny” ucapnya lalu
mengecup pipiku
“Benny juga sayang banget sama mama. Btw cium lagi donk mam” ucapku sambil
kuberikan senyuman termanisku
Mamaku pun nampaknya akan mengecup pipiku lagi, namun sebelum ciuman itu
mendarat di pipiku segera aku memalingkan sedikit mukaku ke samping sehingga
ciuman itu hinggap di bibirku. Mamaku sepertinya kaget, dia hendak menarik ciumannya
namun segera kutahan lehernya oleh tanganku. Aku msh ingin menikmati hangat dan
basahnya bibir mamaku.
Kudiamkan sejenak ciuman itu, aku masih menghayati bibir tipis dan lembut itu yg
menempel di bibirku. Aku pun mulai berani memberikan kecupan di bibirnya, lalu
melumatnya secara mesra. Mamaku msh saja diam tanpa membalas lumatanku ataupun
menolaknya.
Ku coba memasukan lidahku kedalam rongga mulutnya namun mulutnya tertutup rapat.
Aku pun tanpa bosan terus melumat dan mengecup mesra bibir tipis mamaku hingga
ketika dia mendesah kecil sehingga mulutnya terbuka sedikit, maka disitupun aku
memasukan lidahku kedalam rongga mulutnya.
Aku mencari – cari lidahnya, kubelit dan kusedot perlahan. Mamaku nampaknya mulai
menikmati ciuman ini, matanya terpejam dan sesekali terdengar desahan lirih dan
akhirnya mamaku pun membalas ciuman ku dengan mesra juga. Kita saling mengecup,
saling melumat, lidah kita saling membelit dan saling bertukar air liur.
“I Love You, Mam” ucapku di sela – sela kita berciuman, dia hanya membuka matanya
lalu menatap mataku seolah mencari kesungguhan dari kata yang kuucapkan, lalu dia
memejamkan matanya lagi ketika kita melanjutkan berciuman.
Lumayan lama kita berciuman mesra, aku pun memberanikan diri untuk meraba
payudaranya dari luar kaosnya, namun baru saja tanganku mendarat di payudaranya,
tangan mamaku menggenggan dan menahan tanganku, lalu dia membuka matanya,
menatapku dan menghentikan ciumannya.
Aku takut mamaku marah, namun pandangan begitu sayu tidak menampakan
kemarahan. Mamaku melepas ciuman kita, tangannya kembali mengusap rambutku dan
sesaat kemudian dia berdiri.
“Mama mau kekamar dulu, capek mau istirahat” ucapnya pelan tanpa berani
memandangku
Mamaku pun berlalu ke kamar, kupandangi tubuhnya dari belakang. Aku sebenarnya
begitu takut mamaku marah, namun dari perilakunya tadi dia begitu menikmatinya.
Raut wajahnya dan bola matanya pun tidak menampakan kemarahan kepadaku, ah
mungkin dia masih ragu untuk bertindak lebih jauh.
Aku pun tak ingin terlalu terburu – buru, kubiarkan saja mengalir apa adanya, namun aku
akan terus berusaha mendapatkan mamaku. Berusaha agar dia membalas cintaku
kepadanya, bukan membalas dengan cinta seorang ibu kepada anaknya namun dengan
cinta seorang wanita terhadap prianya.
Sore harinya sekitar jam 4 aku mengantar mamaku ke salon langganannya yg terletak di
dalam mall. Sepanjang perjalanan dari parkiran mall ke salon langganan mamaku, aku
terus menggandeng tangannya erat, seakan memberitahukan kepada siapapun yang
melirik mamaku bahwa mamaku itu milikku.
“Kamu kenapa ben? Kok tangan mama gk biasanya kamu gandeng terus” tanyanya
heran
“Mama sih jadi orang cantik banget, tuh liat pada ngelirik ke mama, kan mama pacar
benny” ucapku berani sambil terus menggenggam tangannya
Ku lihat mamaku menunduk lalu tersenyum dengan mukanya merah merona. Ah mama
makin cantik aja kalo malu – malu begitu. Memang sih mama kali ini terlihat begitu
cantik dengan pakaian mini dress tanpa lengan dibalut dengan jaket denim, memang
mamaku ini penampilannya selalu modis.
Sesampainya di salon, mamaku langsung masuk kedalam untuk melakukan segala
bentuk perawatan tubuhnya. Aku seperti biasa menunggunya diruang tunggu, duduk –
duduk di sofa sambil sesekali membaca majalah atau hanya sekedar buka sosmed.
Sebenarnya jenuh juga menunggu mamaku di salon ini, namun hal itu selalu saja
kulakukan dengan senang hati. Meskipun perawatan mamaku ini bisa hingga berjam –
jam. Setelah bosan bolak – balik membacs majalah atau membuka sosmed, tanpa sadar
aku pun tertidur.
“Hei… Benny bangun yuk… Mama udah selesai” ucap mamaku sambil menggoyangkan
badanku untuk membangunkanku
Aku pun berusaha membuka mata, samar – samar ku lihat mamaku berdiri di depanku.
Aku mengucek mataku untuk memperjelas penglihatanku dan, Oh My God mamaku
terlihat begitu cantik dengan gaya rambut barunya yang diberi warna coklat keemasan
sehingga membuatnya terlihat lebih awet muda. Aku pun melongo tanpa terkedip.
“Kamu kenapa ben? Kok liatin mama gitu banget” tanyanya melihat ekspresi wajahku
“Astaga… Mama cantik banget” ucapku sambil memandanginya kagum
“Masa sih? Perasaan mama sama aja kok”
“Beneran mam, Suerr. Mama jadi keliatan awet muda” ucapku sambil mengacungkan
dua jariku
“Memang gak salah benny pilih pacar” ucapku berani lagi sambil menggeleng – geleng
takjub
“Hushh… mamanya sendiri kok dijadiin pacar” ucapnya sembari kembali tersipu malu
“Hehe… yaudah mam ayo pulang… atau mau pacaran dulu kita?” ucapku tersenyum
cengengesan
“Ehh… siapa yang pacaran sama kamu ya… yuk pulang” ucap mamaku pura – pura galak
Mamaku pun menggandeng tanganku, duh rasanya senang sekali hati ini. Aku pun balas
menggenggam erat tangannya. Sepanjang perjalanan menuju parkiran aku hanya diam
sambil terus melirik ke arah mamaku yang sesekali tersenyum.