Kasih Sayang Seorang Anak

Namaku Indah Arianita Lubis usiaku 45 tahun berasal dari Kota Medan Sumatera Utara,
sehari-hari aku bekerja sebagai seorang PNS dikantor milik pemerintah yang mengurusi
masalah perpajakan di Jakarta. Selain itu aku juga menjadi seorang ibu rumah tangga.
Aku telah menikah dengan seorang pria yang aku puja bernama Tengku Mohammad Toni
Syahputra berusia 46 tahun yang juga kakak kelasku semasa kuliah dulu.
Suamiku juga berprofesi sebagai PNS hanya saja dia bertugas di instansi yang berbeda
denganku yaitu Kementerian Perhubungan. Dari pernikahan aku dengan Toni 22 tahun
lalu, kami dikaruniai dua orang anak. Anak pertamaku bernama Tengku Mohammad
Haris Apriansyah berusia 20 tahun yang sangat tampan dan gagah dengan postur 184 cm
dan berat 78 kg.
Sekarang Haris berkuliah disalah satu perguruan tinggi negri di kota Medan, entah
mengapa tapi Haris yg memilih untuk mengejar ilmunya disana, mungkin karena supaya
dekat dengan keluarga besarku dan Ayahnya. Sedangkan anak keduaku bernama Tengku
Miranda Al Hayati berusia 14 tahun, sekarang masih duduk dibangku kelas 2 SMP.
Satu hal yg patut aku banggakan, meskipun aku memiliki dua orang anak, dan umurku
yg sudah menginjak kepala empat ini aku tetap terlihat cantik dengan postur tubuh 167
cm, berat 62 kg, payudara 36C, rambut panjang lurus sepunggung dan kulit putih bersih
serta hidung mancung. Dan itu bukan aku sendiri yg merasa seperti itu, baik suamiku
Toni dan beberapa teman kantor bilang “Bu Indah, Ibu Kok Bisa Tetap Cantik Yah, Apa
Rahasianya?
Indah Arianita Lubis
Semua tampak baik-baik saja diumurku yang semakin tua ini. Keluargaku yg harmonis,
anak – anakku yg sudah besar dan bisa mengejar cita-cita mereka, aku sudah cukup
bahagia. Tapi, ada sebuah kejadian dimana semua kebahagiaan ini berubah menjadi
petaka, sesuatu yg tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Petaka itu terjadi saat aku mendapat mutasi kekantor pemerintahan di daerah lain, kota
Medan. Kota yang merupakan kampung halamanku dan tempat dimana anak pertamaku
Haris mencari ilmu, awalnya aku sedikit ragu untuk menerima tugas itu, tapi setelah aku
rundingan dengan Toni, dia pun menyetujui rencana itu asalkan aku tinggal dengan
Haris yang bisa menjagaku.
Pagi hari aku berangkat dengan sebuah pesawat menuju Medan, sesampainya disana
Haris telah menanti kedatanganku. Pelukan erat dari Haris ketika aku berjumpa
dengannya, ya memang sudah hampir dua tahun aku tidak bertemu dengan anak
pertamaku yg tampan ini. Kami langsung berangkat kerumah sewaan yg telah disiapkan
Haris untuk tinggal bersamaku nanti dan Haris harus meninggalkan kost – kostan
tercintanya untuk bisa menjaga ibunya.
Setelah 1 Jam perjalanan dengan mobil dari bandara, akhirnya kami tiba dirumah itu.
Rumahnya lumayan besar, bahkan bisa dibilang lebih dari cukup untuk kami berdua,
tapi Haris memaksa untuk tinggal dirumah ini. Katanya “Demi kenyamanan Mama,
semua yg ibu butuhkan ada dirumah ini”. Aku pun turun sementara Haris membawakan
barang – barangku.
“Huff.. Ma, Mama istirahat disini dulu ya, Haris mau ambil barang-barang di kos-kosan”
Pamit Haris padaku
“Loh.. Loh.. Kamu ini ga cape apa udah jemput Mama langsung pindahan??” Jawabku
khawatir
“Hahaha, gpp Ma.. lagian Haris udah ga sabar mau tinggal sama Mama” Ucap Haris.
Sudah hampir 6 bulan semenjak pertama kali aku tinggal diluar kota dengan anakku
Haris. Semua baik-baik saja, Haris memang benar – benar anak yg berbakti. Dia begitu
perhatian kepadaku, disela – sela waktu kuliahnya yg padat, dia masih sempat untuk
peduli kepada ibunya.
Sore itu sepulang kerja, aku ingin segera mandi. Medan memang tak kalah panasnya
dengan Jakarta. Oh iya, ada sedikit keanehan dikamar mandi rumahku ini, entah
mengapa dua bulan terakhir ini aku selalu merasa ada yg mengintip setiap aku mandi.
Mungkin itu cuma perasaanku saja, tapi itu membuatku takut, jangan -jangan ada orang
usil yg diam-diam masuk kerumah.
Kutanggalkan seluruh pakaianku, “Huff, pantatku sudah tidak semontok waktu aku
muda dulu, sudah agak sedikit turun” keluhku sambil memeras pantatku sendiri. Ya,
tubuhku tidak begitu hancur, mungkin karena aku rajin berolahraga sehingga membuat
tubuhku tetap kencang, perutku masih terlihat bagus meskipun sudah melahirkan dua
anak.
Aku pun selesai mandi, tapi astaga aku lupa bawa handuk, karena terlalu bersemangat
tuk mandi aku sampai lupa benda sepenting itu. Aku segera mengintip keluar kamar
mandi, mengecheck apakah Haris sudah pulang atau belum. Untung Haris belum
pulang, aku segera berjalan bugil dan basah menuju kamarku, aduh mudah-mudahan
gak ada yg ngeliat.
“Ris.. Haris.. Kamu ya??” Teriakku dari depan pintu kamarku
Tapi tidak ada seorangpun yg menjawab teriakku, atau mungkin pintu tertutup karena
angin. Untuk memastikan aku menuju kepintu depan yg ternyata terkunci. Aku pun
menuju kepintu belakang, “Loh kok terkunci gini? perasaan tadi masih kebuka dan
belum aku tutup deh” aku jadi semakin khawatir
Aku telusuri seluruh rumah, mencari apakah ada orang asing yg masuk, tapi ternyata
seluruh rumah kosong, aku periksa kekamar Haris kosong juga.
Ya mudah-mudahan tidak ada apa-apa. Aku segera kembali menuju kamarku, kubuka
handuk yg melilit tubuhku, kuambil sebuah daster dari dalam lemari. Tiba-tiba
seseorang mendekap tubuh bugilku dari belakang!!! Aku mencoba berontak, tapi tenaga
orang ini sangatlah kuat. Belum sempat aku berteriak, tiba-tiba orang ini langsung
melumat habis bibirku, tangan kirinya meremas toket besarku, sedangkan tangan
kanannya langsung memasukan jari-jarinya kedalam memekku.
Permainan dari orang ini sangat hebat, lidahnya bergerak dengan indah didalam
mulutku, dan jarinya yg memainkan pentilku juga memekku begitu lihai, jujur aku mulai
terangsang dengan perlakuan ini. Ya semenjak aku tinggal dengan Haris di Medan,
selama itu juga aku tidak mendapatkan nafkah batin dari Toni.
Perlahan aku beranikan diri untuk membuka mataku, kulihat wajah dari pria besar yg
menyerangku dengan samar. Belum sampai seluruh mataku terbuka dan pria itu terlihat
dengan jelas, pria itu langsung mendorongku kearah kasur, tubuhku terbanting keras
membuat dadaku sesak. Tubuh pria besar itu langsung menindihku, kurasakan dadanya
yg ternyata sudah tidak memakai pakaian lagi.
“ASTAGA!! HARIS!!! KAMU GILA!!!” teriakku saat tahu pria yg menyerangku ADALAH
ANAKKU SENDIRI!!!
“Ssstttt…” Sambil terus mencumbuku
“Haris!! Kamu Gila!! Lepasin Mama!!! HARIS!!” Aku berusaha melepaskan tubuh anakku
ini.
Mulut Haris langsung melahap pentil toketku, membuat seluruh tubuhku serasa
terbakar, dan jarinya yg lincah masuk semakin dalam, tepat menyentuh “G-Spot”-ku,
membuat aku merinding.
“Eeemm.. Harriiisss… Stop !!” ucapku dengan terbata sambil menahan rasa nikmat
ditubuhku
“Udah Mama nikmatin aja, Mama emang mau kan?” jawab Haris merayu
“Kurang ajar kamu, KAMU ANAK MAMA!!!” Bentakku dengan rasa kecewa kepada Haris
“Lalu? Kalau aku anak Mama memang kenapa Ma??” Ucap Haris seakan tidak peduli
“Ris, Kamu benar-benar buat Mama kecewa!! kamu anak kesayangan Mama!!” Ucapku
dan air mata tak dapat lagi aku bendung, mengalir karena rasa kecewa atas anakku
sendiri, Haris anak kesayanganku.
Haris langsung berhenti mempermaikan tubuhku, mungkin dia merasa tak tega dengan
tangisanku. Dia langsung mencium keningku lalu berkata:
“Aku ga akan buat Mama kecewa kok, sekarang coba Mama rasain kontol dari anak yang
keluar dari memek Mama sendiri…”
“ASTAGA!! HARIISS!! KAMU GI.. aaaahhhhhhh…!!!” belum sempat aku habiskan rasa
kagetku, Haris mengejutkanku dengan hal lain, kontol besar Haris masuk memenuhi
memekku.
“Aaaahhhh… Njrit, memek Mama masih enak!!” umpat Haris sambil menikmati
memekku
“Eeemmm, Hariiisss.. Aaaahhhhhh… Aaaaa ahhhh…” aku mencoba menahan nikmatnya
hantaman dari kontol Haris dimemekku. Antara perasaan marah dan pasrah bercampur
menjadi satu.
Haris terus mengocokan kontolnya didalam memekku, kontol anakku sendiri masuk
memenuhi setiap sudut dari memekku, dan aku menikmati itu!! Semua ini semakin tidak
terkendali, semua ini gila!!! Namun, Haris tidak mempedulikan itu, dia terus dengan
bersemangat memperkosaku, mendesakan kontolnya kedalam memekku.
“Ma… Aaahhh… Keluar Maa…” desah Haris
“Kamu Gila!!!!!” Teriakku sambil menangis
“Aaahhh… Aaahhh… Mmmmaaaammmmaaaaa… Aaaahhhhhhh…” Aku merasakan
cairan spermanya yang hangat masuk menyerbu ke dalam rahimku, terasa begitu
nikmat. Dan tololnya karena sensasi itu, aku pun terpancing dan mendapatkan orgams
pertamaku.
“Aaaahhhh… eeeeemmmmmm… eee ennnnggggggsssss…” desahku
“Ahahahahha, nikmatin Ma!! Mama nikmatin ini kan!!” tawa Haris puas
“Kamu gila!!! HARIISSSS!!!!” kembali terpecah tangisku melihat tindakan gila Haris
Haris menekan tubuhku dengan tubuh besarnya, menjilati wajahku. Aku mencoba
berontak, tapi tangannya dengan kuat menahanku. Dia jilati leherku, naik perlahan
kearah telinggaku, lalu berucap..
“Sudah lama aku ingin menikmati tubuh Mama seperti ini, aku tidak dapat menahan lagi
melihat wajah cantik Mama dan tubuh Mama yang begitu mengiurkan. Hampir setiap
sore aku terus mengintip Mama, menikmati tubuh bugil Mama, selama Mama tinggal
denganku, selama itu juga aku mencintai Mama, ya benar-benar mencintai Mama bukan
sebagai orang yg melahirkanku, tapi…
Airmataku semakin deras mengalir karena semua ucapan Haris, mengapa anakku
menjadi seperti ini, apa yg telah aku lakukan sehingga anakku tubuh menjadi seorang
yang gila seperti ini.
Malam semakin larut, kurasakan seluruh tubuhku lemas. Sepanjang sore Haris terus
menikmati tubuhku, aku tak dapat lagi berpikir, tak dapat lagi merasa. Yang kubisa
rasakan hanyalah kekecewaan yg teramat dalam atas anakku. Dengan susah payah aku
bangunkan tubuhku, seluruh tubuhku terasa ngilu, sudah lama aku tidak berhubungan
badan dan hari ini hampir setengah hari aku berhubungan dengan Haris.
Esoknya aku tidak bisa bekerja, aku habiskan waktukku dirumah mencoba
menenangkan diri. Aku belum melihat Haris pagi ini dan mungkin aku tidak akan
sanggup bertemu dengannya lagi. Aku bersihkan kasurku tempat dimana dengan
brutalnya anakku sendiri memperkosaku, meskipun aku menikmati… ah tidak, apa yg
aku pikirkan!!
“Hmmmm, kok ngelamun Ma?” suara Haris tiba2 terdengar, membuatku kaget
“Ha.. Haris…” aku tak dapat berkata apapun
“Mama ingat yg kemarin ya? enak kan Ma? Mama mau lagi ya?” goda Haris sambil
menuju kearahku
“Kamu kurang ajar, dasar anak durhaka!!! Pergi kamu!!” kuluapkan emosiku
“Hahahahha…” Haris tidak peduli dan kembali mendekat.
Aku berlari kearah pintu keluar, tapi Haris mengejarku dan menarik tanganku
membuatku kehilangan keseimbangan dan jatuh. Haris lalu memeluk tubuhku,
menangkatnya keatas kasur. Aku hanya diam saat Haris menangkat dasterku dengan
perlahan, aku sudah berusaha melawan, tapi hasilnya pasti akan sama seperti kemarin.
Haris terus mendorong kontolnya masuk kedalam memekku, semakin dalam dan dalam.
Kali ini aku tak coba melawan, karena itu hanya akan sia-sia. Haris bukanlah anakku yg
dulu lagi dan tak ada yg bisa kuperbuat untuk merubah itu. Tubuhku menyatu sempurna
dengan tubuh Haris, kubalas setiap cumbuan dan ciumannya.
“Eeeeeemmmm… Eeennnggg… Aaaa hhhh…” desahku
“Gitu dong Ma, nikmatin aja, Mama bahagia begitu juga dengan aku” ucap Haris senang
“Eeemmmmm… Eeemmmm…” aku tidak lagi peduli
Kontol Haris nikmat tertancap dalam dimemekku, membuat seluruh tubuhku bergetar.
Lidahnya liar menjilati leherku, sementara tangannya meremas dan memijat toketku.
Semua berasa mencair, kecemasanku pun hilang entah kemana, yg ada sekarang
hanyalah aku harus menikmati moment ini. Tiba-tiba Haris mengangkat tubuhku,
ditariknya aku kearah meja rias.
Wajahku mendadak menjadi merah, ada-ada aja tingkah Haris. Aku kaget dan menjadi
malu melihat tubuh bugilku sendiri dari kaca, astaga!! Haris mengendong tubuhku,
dijepitnya kedua kakiku dengan kakinya, lalu ditariknya kakinya, membuat memekku yg
memerah terlihat dengan jelas dikaca meja rias. Ah! Aku semakin tidak bisa menahan
sensasi ini, aku sangat malu, lalu tiba2 Haris mengangkat tubuhku lagi, kali ini..
“Eeeeemmmmmmm… aaaa aaahhhhhhh…” Desahku saat kontol Haris masuk
menembus memekku, dalam posisi seperti ini kontol Haris benar-benar sangat “berasa”
memenuhi memekku.
“Eenngg.. Hahaha… EEeeehhhh…” Desah Haris bercampur tawanya.
Dengan jelas bisa aku lihat tubuh tuaku sedang dinikmati oleh anakku sendiri dari kaca
meja riasku yg lebar. Aku bisa melihat kontolnya yg keluar masuk dari memekku, dan
toketku yg besar bergerak naik turun sesuai dengan irama kocokan dari Haris. Wajahku
memeras, sensasi luar biasa ini membuat aku kembali terpancing, hasratku kian menjadi
dan memanas.
Kurasakan memekku semakin tegang dan panas, ya aku akan orgasme. Haris tau itu,
semakin ditekannya dalam kontolnya didalam memekku, membuat aku tidak bisa
menahan orgasme lagi.
“Aaaahhhhh… eeeemmmmm… Aaa ahhhhh…” Desahku panjang mengiringi orgamsku
“Eeeeffff… Ennnaakkk Maaaaa…” Desah Haris sambil terus diangkatnya tubuhku
Karena nikmatnya orgamsku, kumendorong tubuh Haris kebelakang, membuatnya tak
dapat menjaga keseimbangan. Kami berdua terjatuh kelantai.
“Hahahahahahahhahahahahahhaha…” tawa kami bersamaan
“Eh? Hahaha Mama…” Haris senang sekali saat melihat aku tertawa
“Eemm…” aku tertunduk malu
Haris kembali memelukku, kembali dimasukan kontolnya kedalam memekku.
“Ugggghhhh…” Begitu nikmatnya kontol anakku sendiri. Kini kami berada dalam posisi
doggy.
“Aah.. Ahh.. Aahh.. Eeemm…” desahku bersamaan dengan keluar masuknya kontol Haris
“Eeeemmmm… Maaaa… Aaahhhh…” desah Haris terlihat begitu menikmati memekku
“Uuuff… Ahh.. Ahh…” desahku
“Mmmaaaa… aaahh… keeellluuuarrrrr mmmaaaa… aarrrggghhh… eeenn nggggg”
tubuh Haris bergetar, kurasakan spermanya menembak dengan cepat masuk kedalam
rahimku, hangat.
Aku tak dapat menahan tubuhku lagi dengan lututku, aku terjatuh karena sensasi yg
begitu nikmat, tubuhku menempel pada lantai, begitu dingin. Lalu tubuh Haris
menindihku, kami berdua benar-benar merasa puas.
Dua bulan telah berlalu semenjak kejadian hebat itu. Selama dua bulan terakhir ini aku
dan Haris bukan lagi seperti ibu dan anak, tapi seperti sepasang suami istri. Aku sudah
tidak risih lagi dengan status itu, aku sudah tidak peduli dia anakku atau bukan. Yang
jelas sekarang aku menikmati hubungan itu, menikmati kontol Haris dan begitupun
sebaliknya Haris yg sangat mencintai lubang tempat dimana dia dilahirkan.
Namun sesuatu mulai datang saat memasuki bulan ketiga. Ada hal lain rupanya yang
tidak kuperhitungkan. Ya benar, aku positif hamil hasil dari benih Haris anak kandungku
sendiri. Selama tiga bulan ini aku melakukan hubungan intim dengan Haris tanpa
pengaman sama sekali. Dia selalu mengeluarkan spermanya di dalam rahimku dengan
sangat banyak dan kental tanpa pernah bertanya Ibunya dalam masa subur atau tidak.
Haris anakku, Mama mencintaimu nak.
TAMAT