MAKING INCEST FAMILY PART 8

Pagi ini aku sedang berdiri merenung memegang pagar di balkon lantai 2 yang
menghadap ke jalan raya, kupandangi lalu lalang beberapa kendaraan. Sehabis olahraga
aku langsung termenung di balkon ditemani kopi hangat buatan mamaku tersayang, aku
seolah hanyut dalam pikiran dan lamunanku.
Salahkah aku mencintai mamaku sendiri?
Salahkah aku menginginkan untuk memiliki mamaku seutuhnya?
Salahkah aku jiga ingin menyatu lebur dengan mamaku sendiri?
Ah, pertanyaan – pertanyaan tentang perasaan cinta dan ingin memiliki mamaku terus
saja terlintas di benakku. Cintaku yang begitu dalam terhadap mamaku, perasaan yang
memiliki sensasi tersendiri yang belum pernah aku rasakan dengan orang lain.
Benar kata orang, cinta memang buta, tidak memandang usia dan tidak memandang
status. Cinta membuatku buta, membuatku buta akan segalanya, buta akan perbedaan
usiaku dan mamaku, dan buta akan status orang yang kucintai adalah ibu kandungku.
“Kamu kenapa sayang? Kok keliatan melamun gitu?” Tanya mamaku, sambil memelukku
dari belakang yang mengagetkanku dari lamunanku.
“Ah gak kenapa – napa kok sayang… sini donk” balasku. Kutarik mamaku agar dia berada
di depanku lalu kupeluk erat tubuhnya.
Kita berdua menikmati suasana pagi hari yang sejuk di kota bandung sambil aku terus
memeluknya dari belakang, sesekali kukecup tengkuknya sehingga dia menggelinjang
dan mendesah, ah indahnya menikmati pagi hari ditemani orang tercinta.
Betah sekali aku memeluknya di pagi hari seperti ini, aku suka sekali bau tubuh
naturalnya tanpa parfum seperti ini, aku suka wajah bangun tidurnya yang tanpa make
up seperti ini. Rasanya membuatku ingin sekali menikmati momen seperti ini terus di
1000 tahun kedepan.
“Sayang… Rencananya kamu mau kuliah dimana?” ucapnya sambil menengok kearahku
“Emm… Kayaknya aku mau kuliah disini aja deh, di bandung… Meskipun aku sempat
bercita – cita untuk kuliab di inggris namun rasanya sekarang aku gak mau ninggalin
kamu sayang… Takut ntar diambil orang hehe… Di bandung juga kan masih banyak
universitas bagus… Juga aku bisa sekalian sambil memulai mengurus perusahaan”
ucapku lalu mengecup pipinya
“Hmm.. Yasudah kalo itu keinginan kamu.. Aku akan selalu mendukungmu sayang” ucap
mamaku sambil mencium punggung tanganku, ah sudah seperti istri terhadap suaminya
saja, jadi tambah baper aku kan.
Ya tak terasa aku sudah akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan, aku baru
saja menyelesaikan ujian nasional, hanya tinggal menunggu kelulusan saja. Aku juga
akan mulai mengurus perusahaanku, ya saat aku memasuki perkuliahan aku juga akan
mulai menduduki kursi perusahaanku sebagai owner.
Tak terasa juga hubunganku dengan mamaku sudah terjalin cukup lama, semakin lama
kami semakin mesra tanpa canggung lagi satu sama lain, kami sudah seperti selayaknya
sepasang kekasih diluar sana, meskipun mamaku masih belum memberikan
kehormatannya untukku, mungkin dia masih ragu atau entah bagaimana namun aku
selalu setia menunggu hingga dia siap menyerahkan kehormatannya untukku.
Aku sudah menganggap mamaku adalah kekasihku sepenuhnya, ketika berduaan aku
tak pernah lagi menyebutnya dengan sebutan
‘Mama’aku selalu memanggilnya dengan sebutan‘sayang’begitu pula mamaku selalu
memanggilku dengan menyebut namaku saja atau dengan sebutan‘sayang’ juga.
Cindy sendiri tetap menjadi pacarku juga, namun akhir – akhir ini aku jarang
menemuinya karena aku lebih suka menghabiskan waktuku dengan mamaku, aku selalu
menikmati setiap kebersamaan dengan mamaku, aku selalu senang melihatnya tertawa
lepas ketika bersamaku dan aku selalu gemas dengan sikap manjanya kepadaku.
Malam harinya aku nongkrong dengan teman – teman sekolahku, hitung – hitung
menikmati kebersamaan di akhir masa sma kita sebelum kita menempuh jalan hidup
masing – masing ketika nanti kita semua lulus. Teman – temanku sebenarnya cukup
banyak, baik di sekolah maupun di luar sekolah namun aku tidak memiliki seorang
teman yang benar – benar dekat denganku atau sebutannya seorang sahabat, mungkin
suatu saat aku akan memiliki seorang sahabat.
Setelah jam menunjukan pukul 11 malam aku pun pamitan untuk pulang kepada teman
– temanku, aku memacu mobil bmw ku secara santai sembari menikmati jalanan padat
di kota bandung. Aku terus memacu mobilku kearah pulang sambil mendengarkan lagu –
lagu dari band favoritku coldplay, ingin sekali suatu saat aku melihat konsernya secara
langsung.
Ketika melewati jalan yang cukup gelap dan sepi, di kejauhan aku melihat seorang
perempuan di halte bus yang sepertinya sedang diganggu oleh beberapa orang pria.
Sebagai seorang pria yang peduli terhadap wanita, akupun menepikan mobilku di dekat
halte bus itu lalu menghampiri kearah kejadian itu.
Aku melihat seorang perempuan muda yang tampaknya pernah aku lihat, dia nampak
ketakutan ketika diganggu oleh beberapa pria yang nampaknya sedang mabuk itu,
beberapa pria itu nampak melecehkan perempuan itu beberapa kali seperti meremas
payudara dan meremas pantatnya, perempuan itu hanya dapat berontak dengan wajah
ketakutan.
“Yuk pulang” ucapku kepada perempuan itu. Dengan santainya aku menghampirinya
dan menarik tangannya, aku tak memperdulikan beberapa pria didekatnya yang sedari
tadi mengganggunya.
“Eh bangsat lu siapa?” teriak geram salah satu pria itu ketika kutarik perempuan yang
sedang diganggunya.
“Bukan urusan lu” ucapku singkat sambil terus menarik tangan perempuan ini kearah
mobilku, tangan yang terasa dingin dan berkeringat.
“Anjinq lu ya” teriak salah satu dari mereka dan…
BUGHHH… Salah satu dari mereka mumukul punggungku. Pukulan yang cukup keras
namun membuatku membuatku sedikit tertunduk, akupun cukup marah karena aku
sangat tidak suka dipukul dari belakang, hanya para manusia banci yang melakukan
seperti itu.
“Kamu tunggu di deket mobilku ya… Jangan kemana – mana” ucapku pelan kepada
perempuan disebelahku, dia pun lalu berlari kearah mobilku.
“HEH BANCI KALENG… BERANINYA MAIN PUKUL DARI BELAKANG!!!” Ucapku geram
dengan nada tinggi sambil berbalik menatap tajam mereka semua.
Padahal aku tidak ingin ada kekerasan yang terjadi saat ini, namun gara – gara pukulan
dari belakang itu mau tidak mau aku harus memberinya sedikit pelajaran. Lagian aku
selama setahun ini telah mempelajari ilmu beladiri muay thai, tepatnya sejak mamaku
hendak di perkosa di mall waktu itu makanya aku mempelajari ilmu bela diri secara
rutin.
Aku memilih bela diri muay thai karena bela diri ini memfokuskan pada kekuatan fisik
kita seperti kekuatan kepalan tangan, tulang kering, siku, lutut dan beberapa anggota
tubuh lainnya untuk mengalahkan musuh. Sungguh ilmu bela diri yang cukup
mematikan untuk sekedar melindungi mamaku.
Kini aku mulai membaca situasi, ternyata mereka berjumlah 3 orang saja, semuanya
nampak terlihat mabuk cukup parah, semuanya nampak bertubuh cukup kekar dan
semuanya bertato, sepertinya mereka preman, hmm lawan yang cukup berat.
“Bacot lu anjinq, sok mau jadi pahlawan lu” ucap salah satu dari mereka sambil berlari
menghampiriku dengan melayangkan pukulan.
Aku menghindar dengan menggeser tubuhku kearah samping, pukulannya pun hanya
mengenai angin saja, aku pun langsung melancarkan kepalan tanganku kearah wajahnya
dengan sekuat tenaga dan…
BUGHHH… Dia pun langsung terkapar di trotoar jalan sambil meringis kesakitan.
Yaelah gampang juga ternyata lawan preman mabuk kek gini, gerakan dan pikirannya
jadi terganggu dan kacau karena pengaruh minuman beralkohol tersebut.
Temannya pun terlihat geram dan langsung berlari dengan melayangkan pukulan, aku
sedikit tidak siap maka pukulannya pun tidak dapat kuhindari.
BUGHHH… pukulannya kutahan dengan tangan kiriku, agak terasa nyeri, lalu tangannya
segera kutarik dan kukunci dengan tangan kananku. Badannya pun merapat dengan
badanku.
BUGHHH… BUGHHH… lututku bergantian menghantam keras perutnya, dia pun
kesakitan dan tertunduk sambil memegangi bagian perutnya.
Aku terlalu fokus terlalu fokus terhadap lawan didepanku hingga…
BUGHHH… Wajahku terasa panas dan sakit terhantam benda keras, kulihat arah
datangnya hantaman tersebut dan ternyata temannya yang terakhir menghantam
wajahku dengan helm. Dia pun nampak akan menghantamkan helm tersebut kearahku
untuk kedua kalinya.
Aku menghindari hantaman itu sebisa mungkin dan…
BUGHHH… hantaman helm itu mengenai lengan kiriku, tidak sesakit ketika
menghantam wajahku. Lalu secepat mungkin kubalas serangannya dengan
melayangkan tendangan kearah kepalanya.
BUGHHH… Tendanganku pamungkasku masuk kearah samping kepalanya mengenai
telinganya. Dia pun ambruk kearah trotoar.
“AWAS LU PADA KALO MASIH GANGGU CEWEK LAGI… GUE PATAHIN TANGAN KAKI LU
PADA” teriakku memperingatkan mereka
Pertarungan yang cukup singkat dan tidak terlalu berat, hanya saja mereka dua kali
melayangkan serangan layaknya banci, sehingga membuatku cukup kesakitan.
Mereka semua terkapar merasakan kesakitannya masing – masing. Aku pun tak peduli
lagi kepada mereka, aku lantas berbalik berjalan kearah mobilku dan kulihat disana
masih ada perempuan tadi dengan wajah masih ketakutan. Aku pun menghampirinya.
“Udah gak usah takut lagi… Aku bukan orang jahat kok… Mereka juga udah gak bakal
ganggu kamu lagi… Yuk masuk ke mobil aku… Biar aku anterin pulang” ucapku
menenangkannya sambil menarik tangannya kearah pintu penumpang mobilku.
Akupun membukakan pintu mobilku lalu menyuruhnya masuk, dia pun menurut. Aku
pun langsung masuk dan duduk di kursi pengemudi lalu kujalankan mobilku.
Wajahnya sudang agak tenang, aku pun mencoba mengajaknya bicara agar setidaknya
dia bisa sedikit melupakan kejadian barusan, kejadian yang sungguh menakutkan bagi
para kaum wanita.
“Rumah kamu dimana?” ucapku menanyakan harus kemana aku mengantarnya.
“Emmm… Aku ngekost di jalan mawar kak benny”
“Eh kok kamu tau namaku?” tanyaku heran.
“Kan aku satu kosan sama cindy pacar kak benny… aku juga sepupunya cindy”
“Ohh iya… Kamu yang di kamar no 12 kan? Pantesan tadi aku kayak pernah liat kamu…
Aku juga baru tau kalo kamu sepupunya cindy… Cindy gak pernah cerita soalnya”
“Iya kak… Kita juga satu sekolahan lho… Aku kelas 12 IPA 1”
“Ohhh… Berarti kita seumuran donk… Yaudah jangan panggil kak, panggil langsung
namaku aja”
“Eh iya nama kamu siapa? Dari tadi belum kenalan lho” ucapku kembali
“Namaku Lala… Hmm aku panggil mas aja ya.. Gak enak kalo panggil nama langsung”
“Oke deh… terserah kamu aja la”
“Eh itu wajahmu memar – memar lho Mas… Nanti mampir dulu ya biar aku obati… Pasti
sakit ya”
“Gak usah La… Aku langsung balik aja nanti… Kasian mamaku dirumah sendirian…
Kapan – kapan aja aku mampir kesana… Trus tadi abis darimana kok malem – malem
masih keluyuran? Bahaya tau cewek cantik jam segini masih keluyuran sendirian”
ucapku santai. Dia pun sedikit tersipu malu ketika kusebut cantik.
“Ehh tadi abis dari rumah temen ngerjain tugas bareng… Trus tadi nunggu taxi di halte
itu” balasnya.
“Yaudah lain kali hati – hati ya… sebisa mungkin cari tempat yang agak ramai” ucapku
menasehatinya
“Hmm iya deh… makasih ya mas udah nolongin aku tadi… kalo gak ada mas gak tau deh
nasibku bagaimana… hiks… hiks”
“Eh iya sama – sama la… udah donk jangan malah nangis… lupain aja kejadian tadi…
lain laki kalo ada apa hubungi aku aja la… nih nomor wa ku… aku pasti nolongin kamu
lo… apalagi kamu sepupunya cindy… kamu juga wajib aku jagain”
“Iya mass… makasih ya… kamu baik banget”
Aku pun lanjut berbincang – bincang segala hal dengannya sambil terus melajukan
mobilku kearah kosannya yang juga kosan cindy. Penampilan lala ini orangnya Cantik,
berkerudung dan berkacamata. Lala ini nada bicaranya juga lemah lembut banget bikin
yang denger jadi adem.
Tapi bajunya agak sedikit ketat, mungkin itulah yang membuatnya tadi dilecehkan oleh
beberapa preman, karena memang lekuk tubuh indahnya tercetak jelas sehingga seperti
mengundang orang – orang untuk menjamah tubuhnya.
Aku pun akhirnya tau ternyata Lala ini aslinya orang jogja, namun dia sejak masuk SMA
pindah ke bandung dan awalnya ikut dirumah orang tua cindy, namun karena rumah
orang tua cindy dan sekolahnya cukup jauh maka lala pun ikut cindy ngekost di kosan
yang sama.
Sesampainya di kosannya aku pun tak mampir ke kamar kosannya atau pun kekamar
kosan cindy karena hari sudah cukup larut malam, maka akupun memutuskan untuk
langsung pulang kerumah.
Aku pun sampai dirumah jam 1 malam, setelah memarkirkan mobil di garasi aku pun
langsung masuk kedalam rumah. Baru saja aku membuka pintu rumah, aku melihat
mamaku tertidur di sofa, entah apa yang membuatnya tertidur disini. Mungkinkah dia
menungguku pulang hingga terlelap di sofa? Hmm sepertinya bisa jadi, sungguh kekasih
idaman hehe.
Wajahnya seperti biasa, nampak begitu tenang ketika tertidur, namun karena aku takut
nanti dia kedinginan maka langsung saja kupangku tubuhnya kekamarnya tanpa
membangunkannya, dan kutidurkan di kasurnya, tak lupa kuberi kecupan di keningnya
dan ucapan selamat tidur.
“Good nite my lovely” bisikku ditelinganya
Aku pun langsung bergegas ke kamarku dan segera berganti pakaian menggunakan
pakaian tidur dan tak lupa cuci muka dan gosok gigi juga di kamar mandi terlebih
dahulu, setelah selesai aku pun langsung merebahkan diri di kasurku dan tak lama
akupun tertidur.